[ad_1]
Ever Given, kapal kontainer raksasa sepanjang empat lapangan sepak bola dengan lebar 59 meter tersangkut di Terusan Suez, Mesir, memblokir salah satu rute perdagangan tersibuk di dunia.
Kerugian akibat kemacetan yang disebabkan oleh kapal kargo raksasa ini mencapai US$3 miliar atau sekitar Rp43 triliun per hari, kata pakar sejarah maritim, Sal Mercogliano.
“Organisasi konferensi pengapalan internasional, ISC, mengatakan kerugian akibat kemacetan di Terusan Suez bisa mencapai US$3 miliar per hari,” kata Mercogliano, dalam wawancara dengan BBC World Service, hari Kamis (25/03).
Perusahaan Jepang yang memiliki kapal raksasa ini, Shoei Kisen Kaisha, mengatakan mendorong dan memindahkan Ever Given “terbukti sangat sulit”.
Namun menambahkan mereka “berusaha sekuat tenaga untuk mengatasi keadaan”.
Evergreen Marine Corporation, perusahaan Taiwan yang mengoperasikan kapal kargo tersebut mengatakan mereka bekerja sama dengan teknisi dan tim penyelamat merancang rencana untuk mengapungkan kembali kapal raksasa tersebut secepat mungkin.
Upaya menarik kapal kargo dengan dengan kapal-kapal tongkang sejauh ini belum membuahkan hasil.
Saat ini, setidaknya 150 kapal terjebak, menanti kapal penyelamat untuk membebaskan kapal sepanjang 400 m itu, yang melenceng dari jalurnya karena angin kencang.
Mesir telah membuka kembali saluran lama di terusan itu untuk mengalihkan beberapa lalu lintas sampai kapal kontainer yang terdampar itu dapat bergerak lagi.
Kejadian ini telah mengakibatkan kenaikan harga minyak di pasar internasional.
Harga minyak mentah di bursa berjangka global pada Rabu (24/3) naik enam persen setelah para pelaku pasar berjaga-jaga atas dampak gangguan di Terusan Suez itu, ungkap AFP.
Sekitar 12% perdagangan di dunia melewati Terusan Suez, yang menghubungkan Mediterania ke Laut Merah dan menyediakan jalur laut terpendek antara Asia dan Eropa.
Kapal Ever Given, terdaftar di Panama dan dioperasikan oleh perusahaan perkapalan Evergreen, sedang dalam perjalanan menuju kota pelabuhan Rotterdam di Belanda dari China, dan bergerak ke utara melewati kanal untuk sampai ke Mediterania.
Kapal berbobot 200.000 ton itu, dibangun pada 2018 dan dioperasikan oleh perusahaan transportasi Taiwan Evergreen Marine, kandas dan tersangkut dalam posisi miring sekitar pukul 07:40 waktu setempat pada hari Selasa (23/03).
Dengan panjang 400m dan lebar 59m, kapal tersebut menghalangi jalur kapal lain yang kini terjebak dalam antrean di kedua arah.
Perusahaan yang mengelola kapal peti kemas itu, Bernhard Schulte Shipmanagement (BSM), membantah laporan sebelumnya bahwa sebagian kapal telah diapungkan kembali.
Dalam sebuah pernyataan, mereka mengatakan “prioritas jangka pendeknya ialah mengapungkan kembali kapal dan melanjutkan lalu lintas laut di Terusan Suez dengan selamat”.
Para ahli memperingatkan bahwa prosesnya dapat memakan waktu berhari-hari.
Reuters, mengutip sumber-sumber lokal, mengatakan setidaknya ada 30 kapal yang terjebak di sebelah utara Ever Given, dan tiga di selatan.
Evergreen Marine mengatakan kapal tersebut “diduga dihantam angin kencang secara tiba-tiba, yang menyebabkan lambung kapal menyimpang … dan secara tidak sengaja menabrak dasar laut dan kandas”.
BSM mengkonfirmasi pada hari Rabu bahwa semua kru “aman dan diketahui keberadaannya”, tanpa ada laporan cedera.
Delapan kapal tunda sedang bekerja untuk mengapungkan kembali Ever Given, dan para penggali di darat telah memindahkan pasir dari tempatnya tersangkut ke sisi tepi kanal.
Dr Sal Mercogliano, seorang sejarawan maritim yang berbasis di AS, mengatakan kepada BBC bahwa insiden seperti ini jarang terjadi, namun dapat mengakibatkan “konsekuensi besar bagi perdagangan global”.
Kekhawatiran bahwa pemblokiran dapat menghambat pengiriman minyak mentah membuat harga minyak naik 4% di pasar internasional pada hari Rabu, lansir Reuters.
Badan intelijen energi Kpler mengatakan bahwa lebih dari 20 kapal tanker minyak yang membawa minyak mentah dan produk olahannya terdampak oleh kemacetan tersebut.
“Ini adalah kapal terbesar yang pernah kandas di Terusan Suez,” katanya, seraya menambahkan bahwa kapal itu tersangkut di tanggul dan akan kehilangan tenaga dan kemampuan mengemudinya.
“Jika mereka tidak dapat membebaskannya … saat air pasang, mereka harus mulai menurunkan kargo.”
Julianna Cona, yang mengatakan dia berada di atas kapal lain yang terletak tepat di belakang Ever Given, menulis di Instagram : “Kapal di depan kami kandas saat melewati kanal dan sekarang tersangkut dalam keadaan menyamping, sepertinya kami tidak akan ke mana-mana sebentar. … “
Analisis Theo Legett, koresponden bisnis BBC News
Terusan Suez adalah arteri perdagangan dunia, yang menghubungkan Mediterania dengan Laut Merah, dan menyediakan jalan bagi kapal untuk melintas antara Asia dan Timur Tengah dan Eropa. Alternatif utamanya, jalur melewati Tanjung Harapan di ujung selatan Afrika, membutuhkan waktu yang jauh lebih lama.
Rata-rata hampir 50 kapal melewati kanal tersebut setiap hari, meski kadang-kadang jumlahnya bisa jauh lebih tinggi – mencakup sekitar 12% dari perdagangan dunia. Ini sangat penting sebagai jalan untuk minyak dan gas alam cair, memungkinkan pengiriman dari Timur Tengah ke Eropa.
Maka dari itu, skenario mimpi buruk adalah pemblokiran rute penting ini – persis seperti yang sekarang terjadi dengan kandasnya Ever Given.
Pertanyaannya sekarang adalah berapa lama rute tersebut akan tidak bisa dilalui, karena penundaan yang lama akan menimbulkan masalah serius bagi pengirim barang, menunda pengiriman barang dan bahan bakar.
Pada kasus ini, berbagai laporan menunjukkan bahwa lalu lintas dapat kembali berjalan seperti semula dengan relatif cepat, sehingga dampaknya akan terbatas, meskipun sudah terjadi kenaikan harga minyak.
Bagaimanapun insiden tersebut telah menunjukkan apa yang bisa salah ketika generasi baru kapal ultra-besar seperti Ever Given harus melewati batas kanal yang relatif sempit.
Meskipun sebagian dari kanal itu diperluas sebagai bagian dari program modernisasi besar di pertengahan dekade terakhir, ia tetap sulit untuk dinavigasi – dan kecelakaan bisa saja terjadi.
Kapal Ever Given memiliki kapasitas untuk membawa 20.000 kontainer pengiriman berukuran 20 kaki, menurut kantor berita Reuters.
Hampir 19.000 kapal melewati kanal pada tahun 2020, menurut Otoritas Terusan Suez – rata-rata 51,5 kapal per hari.
Pada 2017, sebuah kapal kontainer Jepang memblokir kanal setelah kandas menyusul laporan tentang masalah mekanis. Otoritas Mesir mengerahkan kapal tunda dan kapal itu mengapung kembali dalam beberapa jam.
AFP
Terusan Suez melintasi Tanah Genting Suez di Mesir – sebidang tanah di antara Mediterania dan Laut Merah. Kanal ini memiliki panjang 193 km dan memiliki tiga danau alami.
Pada 2015, pemerintah Mesir membuka perluasan besar kanal yang memperdalam jalur air utama dan menyediakan saluran sepanjang 35 km yang paralel dengannya.
[ad_2]
Source link