Berita Maluku Utara, Ternate – Pada Hari Pers Nasional (HPN) 2022, Sultan Ternate ke-49, Maluku Utara (Malut), Hidayatullah Sjah memberi pesan kepada seluruh insan pers, untuk kritis dan mengedepankan informasi yang menciptakan rasa keadilan dan jujur kepada masyarakat.
Sultan Ternate, Hidayatullah Sjah di Ternate, Rabu (9/2/2022), mengatakan, dalam dunia pers dikenal dengan kearifan dalam menyampaikan informasi dengan 5W1H dan berita harus menciptakan rasa keadilan dan kenyamanan masyarakat saat mendapatkan informasi.
Sultan menyebutkan, jika memaknai kata-kata dari Napoleon Bonaparte yang lebih takut pena ketimbang bayonet, karena kata-kata bisa menghasilkan kondisi stabilitas keamanan yang baik dan bisa juga sebaliknya.
“Insan pers juga harus membangun kemitraan dengan aparat TNI-Polri, terutama dalam peliputan aksi massa, jika sewaktu-waktu terjadi konflik maka wartawan bisa dilindungi keselamatannya,” ujar Sultan Ternate.
Sultan mengatakan, media memiliki peran penting dalam memberikan edukasi kepada masyarakat melalui berbagai pemberitaan dan dinamika dalam mengatasi berbagai konflik.
“Kehadiran media juga sangat penting dalam mengedukasi masyarakat, sehingga potensi konflik bisa diminimalisir, tentunya dalam menyajikan berbagai pemberitaan yang berimbang dan tidak berdampak provokasi hingga terjadinya konflik,” katanya..
Sultan Ternate menceritakan, saat drinya masih menjadi wartawan dan bertugas di Jakarta, pernah memiliki kisah memilukan.
Sultan menceritakan, pada 1996 mendapat penugasan dari Pemred Kantor Berita Angkatan Bersenjata untuk melakukan peliputan aksi unjuk rasa massa PDI pimpinan Megawati Soekarnoputri dengan massa PDI pimpinan Soeryadi di Hotel Kartika Chandra.
“Ketika meliput aksi massa pendukung Ketum PDI Megawati Soekarnoputri, tiba-tiba gerbang pintu ditutup dan dilakukan razia seluruh tas yang di bawa oleh seluruh massa aksi, beruntung saya melihat ada seorang perwira TNI berdialog dengan perwakilan massa aksi dan mencoba mendekati untuk memfasilitasi agar pintu gerbang bisa dibuka agar saya bisa keluar dari massa aksi berujung anarkis,” kata Sultan Ternate saat mengisahkan dirinya yang bertugas menjadi wartawan kala itu.
Saat pintunya dibuka atas permintaan perwira TNI itu, dirinya langsung bergegas keluar untuk menyelamatkan diri, meskipun massa mencoba untuk meneriaki mengejarnya.
Sultan mengatakan, itulah adalah pengalaman yang sangat pahit harus dirasakan sebagai seorang wartawan meliput massa aksi di depan Sekretariat DPP PDI dan terjadi aksi perebutan Sekretariat partai PDI.
Ua menambahkan, kala itu dirinya mengkhawatirkan keselamatan karena di dalam tas ada press release massa tandingan DPP PDI kepengurusan Soeryadi. DMS