Berita Maluku, Ambon – Ratusan warga segandong asal empat negeri yakni, Booi, Aboru, Kariu dan Hualoy (BAKH) menggelar unjuk rasa secara Maratahon, yakni di Kantor Gubernur , Mapolda Maluku dan Gedung DPRD Provinsi Maluku, pada Rabu (9/2/2022).
Massa yang dikoordinir Kamarudin Tubaka tiba gerbang kantor Gubernur, sekitar pukul 11.00 WIT.
Mengenakan pakaian bernuansa hitam merah dengan ikat kepala merah, puluhan pemuda ini meneriaki Gubernur Maluku, Murad Ismail turun ke Kariuw, Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah dan pulangkan warga Kariu dari Aboru ke negeri tercinta mereka.
Kariu merupakan desa terdampak konflik sosial dua desa bertetangga di Pulau Haruku pada 26 Januari 2022. Ratusan rumah terbakar, dan warga Kariu harus mengungsi melintasi gunung ke gandong mereka Aboru
Di Kantor Gubernur masa mendesak bertemu Gubernur Murad Ismail, meminta sikap Pemerintah Daerah untuk melihat persoalan yang dialami warga Kariu saat ini. Mereka menolak Kariu direlokasi ke Aboru
Aksi damai di depan Kantor Gubernur Maluku, Jalan Sultan Hairun, Mereka meminta mantan Kapolda Maluku itu untuk menemui mereka untuk mendengar langsung curahan hati mereka dapat tersampaikan secara jelas. mengingat, Gubernur tak pernah menemui mereka secara langsung setelah konflik di Pulau Haruku.
Selama lebih sejam berdemo salah satu staf Kantor Gubernur menyampaikan kalau Gubernur Murad tidak berkantor
Dalam orasinya masa pendemo dari empat negeri segandong Islam-Kristen ini mendesak agar warga Kariu yang saat ini mengungsi di negeri Aboru segera dipulangkan kembali ke negeri asal oleh pemerintah daerah.
Komarudin Tubaka memimpin aksi demo dalam orasinya menolak warga Kariu direlokasi dan meminta pemerintah daerah bersama TNI/Polri memfasiltasi warga Kariu untuk kembali pulang mendiami negeri mereka yang dibakar para perusuh saat konflik 26 Januari lalu.
Dalam orasinya, Komarudin Tubaka Pemuda asal negeri Hualoy yang notabene mayoritas beragama Islam, meminta agar Polri dan TNI membangun Pos Pengamanan permanen di perbatasan negeri Kariuw-Ori maupun Kariu-Pelauw untuk terciptanya situasi keamanan di wilayah itu.
Pengunjuk rasa warga empat negeri itu juga memimta pemerintah membangun rumah dan merenovasi rumah warga yang hangus terbakar. Mereka juga mendesak Kepolisian Daerah Maluku,segera menangkap oknum-oknum yang terlinat dalam peristiwa berdarah itu.
Upaya ingin menyampaikan pernyataan dihadapan Gubernur Maluku Murad Ismail menjadi sia-sia karena Gubernur tidak berada di kantor.
Selama hampir satu jam mereka berorasi menyampaikan tuntutan kepada pemerintah, pendemo kemudian melanjutkan aksi yang sama di Mapolda Maluku.
Di Mapolda Maluku upaya warga dari empat negeri gandong untuk bertemu dan berdialog dengan Kapolda juga nihil, karena bersamaan dengan aksi yang mereka gelar Kapolda tidak berada di tempat.
Pendemo hanya ditemui Kabid Humas Polda Kombes Pol M. Roem Ohoirat, yang meminta beberapa perwakilan untuk berdialog dan menyampaikan apa yang menjadi tuntutan para pendemo, namun hal itu ditolak oleh para pendemo.
Dalam aksi yang disebut aksi damai itu, mereka pun meminta dibangun pos penjagaan permanen pada setiap batas Negeri Kariu. Hal itu untuk menjamin kemanan dan kenyamanan warga negeri setelah kembali pulang.
Aksi demo yang digelar secara maratahon itu, mendapat pengawalan dari ratusan personil Polisi berjalan aman dan damai.DMS