[ad_1]
- Rohmatin Bonasir
- BBC News Indonesia, Kuala Lumpur
Meskipun usianya sudah mencapai 97 tahun dan telah menduduki puncak kekuasaan selama hampir seperempat abad di Malaysia, mantan Perdana Menteri Tun Mahathir Mohamad masih mencalonkan diri dalam pemilu pada Sabtu (19/11).
Fakta itu, menurut banyak kalangan, ironis mengingat usia memilih baru saja diturunkan dari 21 menjadi 18 tahun. Ini baru pertama kali dalam sejarah Malaysia sejak merdeka pada 1957.
Meski demikian, Tun Mahathir tetap populer baik di kalangan rival politik maupun pendukung, walaupun pengaruhnya mungkin berkurang.
Apa saja motivasinya untuk tetap aktif di panggung politik, berkampanye di seluruh negeri guna mendukung calon-calon dari partai yang baru didirikannya, Partai Pejuang?
Saya, bersama rekan BBC News Indonesia, Anindita Pradana, menemui mantan Perdana Menteri Malaysia Tun Mahathir Mohamad di salah satu kantornya di Kuala Lumpur menjelang pemilu.
Di belakang meja, dia duduk dan membaca surat kabar. Stafnya menyediakan air minum di samping meja. Staf satu lagi mengambil remote control untuk menutup tirai. Mereka semua memanggilnya dengan sebutan Tun, gelar tertinggi yang diberikan langsung oleh raja Malaysia atas jasa-jasanya kepada bangsa dan negara.
Tun tampak sehat, segar dan murah senyum. Ketajamannya tak pudar dan sigap menjawab atau menangkis pertanyaan-pertanyaan – seperti biasanya.
“Selama saya mampu bekerja, mampu berpartisipasi, saya pikir tugas saya membantu generasi baru untuk mengembalikan pemerintahan seperti sebelumnya yang menjadikan Malaysia disebut sebagai macan Asia.”
Itulah jawabannya atas pertanyaan apa yang hendak dicapai dengan maju bertanding dalam pemilu untuk mewakili daerah pemilihan Langkawi.
Modal untuk mengembalikan kejayaan Malaysia, menurut Tun Mahathir, adalah pengalamannya memerintah selama 24 tahun secara komulatif. Seorang pemimpin yang mendominasi politik negaranya.
Periode pertama, dia memegang tampuk pemerintahan negara mulai 1981 hingga 2003 dengan kendaraan Partai UMNO bersama koalisinya – Barisan Nasional.
Mahathir dikenal dengan juklukan ‘Bapak Modernisasi’ karena keberhasilannya mengubah Malaysia dari negara pertanian menjadi negara perindustrian.
Masa pemerintahannya tak luput dari kritikan terkait dengan corak pemerintahan yang keras.
Sebagian orang menggambarkannya sebagai pemerintahan otokratik. Akta Keselamatan Dalam Negeri (ISA), yang memungkinkan penahanan tanpa peradilan, dikeluhkan kerap disalahgunakan untuk membungkam para aktivis dan pemimpin oposisi.
Dia menyerahkan tongkat estafet kekuasaan kepada wakilnya Abdullah Ahmad Badawi pada tahun 2003.
Kerja sama lagi dengan musuh bebuyutan?
Bagaimana kemungkinan Mahathir bekerja sama dengan musuh bebuyutan Anwar Ibrahim itu?
“Saya tidak mau bekerja sama dengan Anwar Ibrahim karena – bertentangan dengan pengakuannya, dia tidak suka saya,” tegasnya.
Namun demikian, ketua koalisi Pakatan Harapan Anwar Ibrahim telah menolak tawaran kerja sama Mahathir. Alasannya, keduanya berbeda prinsip dalam sejumlah hal, termasuk persyaratan menjadi perdana menteri hanya orang Melayu sedangkan Malaysia adalah negara majemuk.
Anwar sempat menjadi wakil perdana menteri di bawah Mahathir tapi diberhentikan pada 1998 sebelum dikenai dakwaan dan dipenjarakan dalam kasus sodomi dan korupsi.
Oleh koalisinya, Anwar, 75, dijagokan menjadi perdana menteri jika menang pemilu sekarang.
Di Malaysia sempat muncul wacana untuk membuat pembatasan usia maksimal calon anggota legislatif. Namun hingga kini belum terwujud dan politikus-politikus senior tetap mencalonkan diri.
Menurut Kepala Program Sains Politik, Universitas Kebangsaan Malaysia, Dr. Muhamad Nadzri Hj. Mohamed Noor, kedua sosok itu masih relevan kendati mereka sudah lama bercokol di politik.
“Kedua tokoh ini walaupun sudah lama tapi masih mempunyai idealisme dan pengaruh yang sangat besar, khususnya Anwar Ibrahim. Kalau dibandingkan dari segi pengaruh, pengaruh Anwar lebih besar dari pengaruh Mahathir,” katanya.
Indikasinya antara lain adalah jumlah calon yang diturunkan koalisi Gerakan Tanah Air pimpinan Mahathir, sebanyak 121 calon atau lebih dari 50% dari total 222 kursi yang diperebutkan. Adapun koalisi Pakatan Harapan menerjunkan 206 calon.
“Keadaan Anwar Ibrahim masih populer, masih banyak orang yang mendambakan beliau, melihat ketokohannya. Kita tidak menafikkan kenyataan kepopulerannya tidaklah sehebat dulu,” pungkas DR. Muhamad Nadzri.
Indonesia ‘lebih maju’
Ketika Malaysia menggalakkan transformasi dari masyarakat agraris ke industri di bawah komando PM Mahathir Mohamad, Indonesia diperintah oleh Presiden Soeharto.
Tun Mahathir Mohamad mengaku hubungannya dengan Presiden Soeharto lebih erat dibandingkan dengan presiden-presiden Indonesia zaman sekarang karena masa jabatan sudah dibatasi maksimal dua periode.
“Jadi peluang untuk kita merapat ke hubungan agak berkurang. Jadi kalau dibandingkan dengan Presiden Soeharto, saya memang lebih dekat dengan Presiden Soeharto.
Di akhir wawancara, walaupun sudah sering diberitakan, saya tanyakan apa resep spesialnya sehingga dia dan istri, Tun Siti Hasmah, 96, sama-sama mempunyai umur panjang, tampak sehat dan aktif beraktivitas.
“Kami mengikuti cara hidup yang sederhana. Tidak keterlaluan. Makan minum juga sederhana. Banyak orang yang ada sekarang ini hidup mereka terlalu mewah dan mungkin cara hidup mereka agak ekstrem, terutama berkenaan dengan makanan.
“Mereka makan terlalu banyak, jadi gemuk dan itu lantas menyebabkan tekanan pada jantung mereka dan dengan itu mungkin mereka tidak sampai berumur lanjut.”
Selain itu, lanjutnya, adalah faktor keberuntungan tidak mengalami penyakit yang menyebabkan kematian, seperti kanker yang belum ditemukan cara untuk menyembuhkannya.
“Kalau tidak sakit kanker, kita berpeluang untuk tahan lebih lama sampai tua,” pungkas Tun Mahathir Mohamad.
Saya pertama kali berkesempatan melakukan wawancara tatap muka dengan Tun Mahathir Mohamad pada 2008.
Ketika itu dia sudah pensiun dan melakukan lawatan ke London. Walaupun dalam posisi pensiun, dia tetap sibuk. Di sela-sela menerima tamu, Tun memberikan wawancara di dapur sebuah rumah di ibu kota Inggris itu.
Kini 14 tahun kemudian, kecuali ada sedikit perubahan fisik, saya memperhatikan dia tetaplah sosok yang sama, dan sosok yang juga tajam mengritik lawan.
[ad_2]
Source link