Berita Maluku, Ambon – Kepala Dinas Pariwisata Maluku Meikyal Pontoh mengatakan, ekonomi kreatif untuk pengembangan pariwisata tidak hanya sebatas fokus pada sub sektor kuliner dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) saja, tetapi masih banyak bagian yang mendukung untuk memajukan pariwisata daerah.
“Ketika saya coba telusuri, ekonomi kreatif tidak hanya sebatas kuliner atau UMKM saja, tetapi ada 17 subsektor dan baru lima subsektor ekonomi kreatif yang sudah dijalankan oleh Maluku,” kata Meikyal di Ambon, Kamis (5/4/2023).
Ke-17 subsektor ekonomi kreatif tersebut antara lain pengembangan game, desain interior, arsitektur, musik, seni rupa, fesyen, desain produk, dan kuliner.
Menurutnya, ekonomi kreatif berbicara tentang kekuatan masyarakat dan selama ini sepertinya ada kekeliruan dalam menilainya, karena sebenarnya ekonomi kreatif itu ada di masyarakat melalui berbagai komunitas.
“Karena itulah kami sepakat untuk mengembangkan ekonomi kreatif lain berupa pemberdayaan masyarakat melalui berbagai komunitas yang sudah ada untuk dihidupkan kembali,” jelas Meikyal.
Selama ini Dinas Pariwisata provinsi lebih banyak fokus pada penyiapan infrastruktur untuk pariwisata, bukan penunjang seperti jalan karena ditangani oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lain.
Tapi kalau untuk sektor pariwisata sendiri dengan anggaran yang sangat terbatas dan tidak cukup untuk membuat sesuatu yang lebih spektakuler seperti di Bali, berarti kekuatannya adalah melalui komunitas-komunitas penggerak pariwisata.
“Minggu lalu kami mencoba mengumpulkan berbagai komunitas yang ada di Kota Ambon dan jumlahnya mencapai 30-an, beberapa di antaranya sudah ada yang bekerja sama dengan luar negeri,” katanya.
Tugas Dinas Pariwisata lebih banyak menggerakkan komunitas karena tujuan sebenarnya adalah menciptakan kemandirian masyarakat, khususnya di sektor pariwisata.
Untuk itu, pemerintah dengan anggaran yang ada dapat melakukan intervensi melalui berbagai komunitas seperti ukulele yang ada di Kota Ambon. DMS