Berita Maluku – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Maluku menargetkan jumlah penderita stunting bisa turun 6,1 persen pada 2023, atau dari 26,1 persen menjadi 20 persen.
“Untuk masalah stunting, kami melihat ada penurunan yang signifikan, yakni dari 34,1 persen pada 2021 menjadi 26,1 persen di tahun 2022. Dan kami targetkan turun lagi hingga 20 persen di tahun 2023,” kata Plt Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, dr. Meykal Pontoh, di Ambon, Rabu.
Penurunan signifikan itu, kata dia, tidak lepas dari berbagai upaya yang dilakukan Pemprov Maluku dalam menekan kasus stunting.
Ia menyebutkan, angka stunting pada 2021 turun 34,1 persen, dan pada 2022 turun menjadi 26,1 persen. Meski tidak mudah pada 2023 akan diupayakan menurunkan angka kasus kekerdilan pada anak itu menjadi 20 persen.
Oleh karena itu, harus ada kerja-kerja kolaboratif dari semua pihak terkait. Sebab 30 persen kerja itu ada di dinas kesehatan, sementara 70 persen lainnya menjadi tanggung jawab lintas sektor.
“Nah, ini yang harus kita komitmenkan. Harus ada kerja sama untuk mencapai target yang diharapkan,” ujarnya.
Ia mengatakan, Presiden RI Joko Widodo mengharapkan agar angka stunting di setiap daerah turun hingga 14 persen, namun ketika Maluku mengupayakan sampai pada 20 persen, itu sudah cukup baik. Pasalnya, standar World Health Organization WHO terkait prevalensi stunting pun berada di angka tersebut.
“WHO punya standar harus kurang dari angka 20 persen. Nah, kita secara bertahap, dari 20 persen dan bakal diupayakan lagi untuk turun dari itu,” terang Meykal.
Ia berharap, semua kerja yang berkaitan dengan penanganan stunting bisa lebih dimaksimalkan lagi agar dapat mewujudkan generasi berkualitas di Maluku, dan Indonesia pada umumnya.
“Stunting itu berarti gangguan tumbuh kembang anak yang disebabkan kekurangan asupan gizi, terserang infeksi, maupun stimulasi yang tak memadai. Jadi, mari semua bergandeng tangan melihat masalah ini agar dapat terwujud generasi Maluku dan Indonesia yang berkualitas,” ajaknya.(Antara-DMS)