Mojokerto, Jawa Timur – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, melalui Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan, Rita Endang, menyoroti potensi sorgum sebagai alternatif penting dalam upaya menurunkan angka stunting di Indonesia. Dalam acara Sarasehan Jaminan Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan Olahan Berbahan Dasar Sorgum, yang diselenggarakan pada Hari Pangan Sedunia Tahun 2023 di Mojokerto, Jawa Timur, Kamis lalu, Rita Endang menjelaskan bahwa sorgum mengandung nutrisi vital, termasuk zat besi, kalsium, dan protein yang tinggi, yang dapat memberikan kontribusi signifikan dalam menangani masalah stunting.
Lebih lanjut, Rita Endang juga menyoroti manfaat sorgum sebagai alternatif pengganti nasi bagi penderita diabetes, berkat kandungan gula dan karbohidrat yang rendah. Selain itu, sorgum juga diakui sebagai bahan pangan yang bebas gluten, sehingga aman dikonsumsi oleh individu dengan autisme.
Ditambahkannya, sorgum memiliki nilai gizi yang tinggi dan dapat tumbuh di daerah dengan ketersediaan air yang terbatas, menjadikannya pilihan yang layak sebagai alternatif utama bahan pangan pokok selain beras.
BPOM, sejak 14 April 2023 lalu, telah menginisiasi sejumlah diskusi untuk mendorong pengembangan sorgum di Indonesia. Komitmen BPOM juga terlihat melalui upaya pengawalan terhadap industri pangan berbahan dasar sorgum di Tanah Air. “Kami telah memberikan perhatian terhadap proses pertanian yang baik, proses manufaktur yang berkualitas, dan distribusi yang efisien,” ungkapnya.
Dari data yang dihimpun oleh BPOM, diketahui bahwa sorgum memiliki kandungan serat pangan dan zat besi yang signifikan dibandingkan dengan jenis serealia lainnya, seperti beras, singkong, dan gandum. Kandungan zat besi sorgum yang mencapai 5,4 mg/100 g terbukti lebih tinggi dibandingkan dengan zat besi dalam beras pecah kulit (1,8 mg/100 g) dan gandum (3,5 mg/100 g).
Selain itu, sorgum juga terbukti memiliki kandungan protein antara 10 hingga 11 persen, melebihi kandungan protein beras giling (6-7 persen) dan hanya sedikit di bawah gandum (12 persen).
Untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap produk pangan olahan berbahan dasar sorgum, Rita menekankan bahwa BPOM mendorong para pelaku usaha untuk mengembangkan ragam bentuk produk olahan sorgum. “Produk sagu sudah menjadi mi instan sekarang karena diminati masyarakat. Oleh karena itu, BPOM mendukung diversifikasi produk seperti kue dan mi untuk memberikan pilihan yang lebih beragam dan memfasilitasi izin edar bagi produk tersebut. Namun, hal serupa untuk produk sorgum belum terlalu terlihat. Mengingat kandungannya yang kaya akan nutrisi, protein tinggi, dan kandungan karbohidrat yang lebih rendah dibandingkan dengan beras, ini menjadi fokus penting untuk dikembangkan,” tutur Rita Endang. DMS