Jakarta – Duka mendalam menyelimuti pendaki Gunung Marapi di Provinsi Sumatra Barat, yang menjadi saksi erupsi tragis gunung setinggi 2.891 meter tersebut. Jumlah korban tewas, menurut Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatra Barat, kini mencapai 23 orang pada Selasa (5/12).
Pelaksana tugas (Plt.) Kepala BBKSDA Sumatra Barat, Dian Indriati, menyampaikan bahwa dari total 75 pendaki yang terjebak, 52 orang berhasil dievakuasi. Namun, 23 nyawa tak terhindarkan terambil akibat bencana alam tersebut. “Dua puluh jenazah telah dibawa ke rumah sakit, sementara tiga lainnya masih dalam proses evakuasi,” ungkap Dian.
Proses evakuasi menjadi prioritas utama, dengan sejumlah pendaki yang masih dalam kondisi kritis atau mengalami luka parah. Dari yang selamat, sebagian besar telah diizinkan pulang ke rumah mereka, sementara 12 orang lainnya masih menjalani perawatan medis intensif di rumah sakit.
Bencana alam ini juga berdampak pada empat kecamatan di sekitar Gunung Marapi, yang terkena hujan abu vulkanis. Seiring dengan bertambahnya korban, upaya tanggap darurat dan pemulihan terus berlangsung di wilayah terdampak.
Pemerintah dan tim penyelamat bekerja keras untuk menyediakan bantuan medis, logistik, dan dukungan psikososial bagi para korban dan keluarga mereka. Dukungan dari masyarakat dan berbagai lembaga kemanusiaan turut mengalir demi meringankan beban yang dirasakan oleh mereka yang terkena dampak langsung maupun tidak langsung.
Sementara proses evakuasi dan pemulihan berlanjut, Gunung Marapi tetap dalam status siaga, memerlukan pemantauan terus-menerus untuk meminimalkan risiko potensial terhadap penduduk dan lingkungan sekitarnya. DMS-Ac