Solo – Terletak jauh dari pusat Jakarta dan bukan kota metropolitan berpenduduk jutaan, Solo memiliki dinamika politiknya sendiri, bahkan sebelum kemerdekaan RI.
Dengan populasi sekitar 520.000 jiwa dan 439.000 pemilih pada Pemilu 2024, kota budaya ini menjadi episentrum politik di Indonesia. Memenangkan suara di Solo memiliki makna simbolik bagi calon presiden dan wakil presiden, seperti Anis Rasyid Baswedan/Muhaimin Iskandar (nomor urut 1), Prabowo Subianto/Gibran Rakabuming Raka (nomor urut 2), dan Ganjar Pranowo/Mahfud Md. (nomor urut 3).
Ketiga pasangan calon tersebut mengklaim banyak dukungan di Solo, sebuah kota yang dijuluki “kota yang tak pernah tidur.” Dalam menghadapi Pilpres 2024, Solo menjadi ajang bergengsi untuk memperebutkan suara.
Menurut ahli psikologi politik dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Mohammad Abdul Hakim, Solo memiliki pemilih partai politik militan sejak era reformasi hingga Pilpres 2019. Oleh karena itu, setiap pasangan calon perlu mendulang sebanyak mungkin suara untuk membuktikan kekuatan elektoral mereka di Solo.
Dinamika politik belakangan ini dapat meningkatkan tensi politik, yang wajar dalam setiap kompetisi, termasuk pemilu. Untuk mengantisipasi, tokoh masyarakat perlu berperan dalam mengelola situasi agar tetap dinamis namun tidak memanas.
Dengan modal sosial dari budaya masyarakatnya, Solo, meski berwajah metropolitan, masih mengusung adat Jawa yang menghormati tokoh-tokoh. Tokoh-tokoh yang maju dalam Pilpres 2024 menunjukkan pandangan bahwa pemilu bukanlah permainan zero sum, melainkan seleksi pemimpin melalui demokrasi. Optimisme pun muncul bahwa pemilu di Solo akan berlangsung aman dan damai.
Untuk mencapai kondisi tersebut, kesadaran masyarakat penting bahwa pemilu bukan hanya soal kemenangan dan kekalahan, melainkan perbedaan dalam menduduki posisi pemenang.
Partisipasi Pemilih
Pemilu tak terlepas dari partisipasi masyarakat. Pesta demokrasi 5 tahunan ini ditunggu-tunggu oleh masyarakat yang peduli terhadap masa depan Indonesia. Saat ini, ada yang memilih berdasarkan visi misi, namun ada pula yang fanatik terhadap partai politik tertentu.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Solo telah melakukan edukasi dan sosialisasi, terutama untuk pemilih baru. Target partisipasi pemilih pada Pemilu 2024 adalah 82 persen, meningkat dari 80 persen pada Pemilu 2019, meski turun dari 81,23 persen pada tahun 2014.
KPU Solo fokus pada edukasi untuk pemilih muda, pemilih baru, dan calon pemilih, bahkan mendatangi sekolah dasar untuk memberikan pendidikan politik sejak dini. Acara “KPU Goes To Campus” juga diadakan untuk memberikan edukasi kepada pemilih muda dan pemilih baru.
Fokus Pengawasan
Dekatnya pemungutan suara membuat Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Surakarta intens mengawasi tahapan kampanye untuk mencegah potensi ketegangan politik. Bawaslu bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk kepolisian, untuk memastikan kampanye sesuai aturan.
Ketua Bawaslu Kota Surakarta, Budi Wahyono, menjelaskan bahwa pengawasan merupakan langkah pencegahan untuk meminimalisasi gesekan politik. Hingga saat ini, belum ada pelanggaran serius di Solo, namun edukasi terus dilakukan, termasuk menghindari pelibatan anak kecil dalam kampanye.
Meski penuh dengan berbagai kegiatan kampanye, kondisi Kota Solo tetap kondusif. Terlepas dari pemenangnya, Solo patut bangga memiliki putra daerah yang memimpin Indonesia hampir 10 tahun terakhir. Warga Solo memiliki tanggung jawab untuk menjaga kedamaian dengan menerima hasil pemilihan dengan sikap legawa. DMS/Ac