Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) memulai kunjungan kerjanya di Provinsi Jawa Timur pada Jumat dengan menginspeksi Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) TNI di Pangkalan TNI AU Iswahjudi, Kabupaten Magetan.
Bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto, dan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Fadjar Prasetyo, Presiden melihat kesiapan tiga pesawat tempur TNI AU, yaitu dua pesawat F-16 dan satu pesawat T-50.
Kepada Presiden, Kasau Marsekal Fadjar Prasetyo menjelaskan bahwa dua F-16 yang dipamerkan adalah F-16 C/D dan F-16 AM/BM. Beberapa pesawat F-16 AM/BM telah ditingkatkan kemampuannya.
“Meskipun keduanya adalah F-16, namun memiliki perbedaan kemampuan karena F-16 AM/BM yang berada di tengah telah mengalami peningkatan kemampuan avionic dan struktur. Kami menyebutnya F-16 EMLU. Rencananya akan ada 10 pesawat, saat ini sudah ada 7 pesawat,” jelas Kasau Fadjar, seperti yang disampaikan dalam keterangan tertulis Biro Pers Sekretariat Presiden RI.
Dengan peningkatan tersebut, Kasau menegaskan bahwa pesawat F-16 AM/BM dapat melakukan pertempuran dengan amunisi cerdas atau smart munition, berpandu, dan bahkan mampu melaksanakan beyond visual range. Sementara itu, pesawat F-16 C/D memiliki kemampuan yang lebih konvensional dan rencananya juga akan ditingkatkan kemampuannya.
“Kami sangat mengharapkan ini, terutama dengan kedatangan pesawat Rafale yang direncanakan tiba pada tahun 2026,” tambah Kasau.
Sementara itu, pesawat T-50 merupakan pesawat buatan Korea yang digunakan untuk melatih penerbang tempur pada awal karir mereka. Menurut Kasau, pesawat T-50 telah dilengkapi dengan radar dan senjata, sehingga memiliki persenjataan yang cukup mumpuni.
“Kami memutuskan untuk melengkapi pesawat T-50 dengan radar karena kebutuhan akan alat tersebut. Radar pada T-50 ini lebih canggih dibandingkan dengan F-16 setelah ditingkatkan, yang akan membuatnya lebih baik lagi,” paparnya.
Selain meninjau kesiapan pesawat tempur, Presiden Jokowi juga menyaksikan penampilan atraksi udara, di mana beberapa pesawat udara dan helikopter melakukan aksi pelepasan bantuan dari udara.
“Kegiatan pelepasan ini dapat digunakan baik dalam operasi perang maupun operasi militer selain perang,” tambah Kasau. DMS/AC