Ambon, Maluku (DMS) – Mentari belum tinggi saat halaman Gereja Katedral St. Fransiskus Xaverius di jantung kota Ambon mulai dipadati umat.
Pagi itu, Sabtu (19/4), ribuan warga kota Ambon datang bukan hanya untuk beribadah, tetapi untuk menyaksikan sebuah peristiwa yang sudah menjadi tradisi tahunan,drama teatrikal Jalan Salib yang menggambarkan penderitaan Yesus Kristus menjelang penyaliban-Nya.
Prosesi dimulai dari halaman gereja yang terletak di Jalan Raya Patimura, kawasan Batu Meja, Kecamatan Sirimau.
Dari sinilah kisah Yesus yang berdoa di Taman Getsemani bersama para murid-Nya, hingga akhirnya ditangkap oleh pasukan Romawi, kembali dihidupkan lewat lakon-lakon dramatis.
Lebih dari 100 pemuda terlibat dalam pertunjukan ini. Mengenakan kostum yang menggambarkan tokoh-tokoh dalam kisah sengsara Yesus dari para rasul, prajurit Romawi, Pontius Pilatus, hingga Bunda Mariamereka menampilkan kisah yang menggetarkan hati.
Di bawah terpaan hujan, para pemain tetap beraksi dengan semangat. Keringat bercampur debu dan emosi mendalam tampak di wajah-wajah mereka.
Dan di sepanjang rute prosesi, warga tumpah ruah di tepi jalan. Tak sedikit yang mengabadikan momen-momen menyayat hati melalui gawai mereka, bahkan menyiarkannya secara langsung di media sosial.
Jalan Salib ini bukan sekadar pertunjukan. Ia menjadi ruang perenungan. Setiap pemberhentian dari 12 titik yang dilalui mulai dari pengadilan Yesus, pemukulan oleh prajurit, hingga jatuh bangun-Nya memanggul salib disambut dengan diam, tangis, dan doa.
Tangis mulai pecah saat Yesus, yang diperankan seorang pemuda Ambon, terhuyung di bawah beban salib.
Cambukan demi cambukan dari para tentara Romawi, yang diperankan dengan penuh penghayatan, membuat suasana terasa nyata.Banyak warga tak kuasa menahan air mata menyaksikan cerita ini seperti pada adegan “The Passion of The Christ”.
Puncak prosesi terjadi di halaman Gereja Santa Maria Bintang Laut di kawasan Benteng, yang disimbolkan sebagai Bukit Golgota. Di sinilah Yesus ‘disalibkan’. Suasana menjadi begitu sunyi, seolah waktu ikut berhenti. Ratusan pasang mata menatap dengan penuh haru, sebagian besar menitikkan air mata.
Gubernur Maluku hendrik Lewerissa menyampaikan pesan mendalam agar momeuntum jalan salib hidup ini membawa damai bagi semua umat. dikatakan Jalan Salib bukan sekadar drama tahunan, tetapi menjadi refleksi nyata dalam kehidupan umat Kristiani.
Prosesi ini harus membawa perubahan dalam hidup. Menjadi pengingat bagi umat untuk meneladani Yesus dalam membangun persaudaraan sejati lintas agama, suku, dan gender.
Ia juga menyoroti pentingnya prosesi ini bagi generasi muda. Di tengah arus zaman yang deras, momen seperti ini bisa menjadi penguat iman dan pengingat nilai-nilai moral yang mulai luntur.
Jalan Salib di Ambon bukan sekadar mengenang kisah lama. Ia adalah jendela spiritual yang membawa umat menyelami makna penderitaan, pengorbanan, dan cinta tak terbatas.
Dan di tengah hiruk-pikuk dunia modern, kisah Yesus yang dipanggul ulang di jalanan kota ini tetap sanggup menyalakan api harapan dan iman di hati umat-Nya.DMS