Masohi, Malteng (DMS) – Masyarakat adat Negeri Kanike, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, melakukan ritual sasi adat untuk menutup jalur pendakian Gunung Binaiya.
Penutupan ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap aktivitas pendakian yang dinilai telah merusak kesakralan Gunung Binaiya yang oleh masyarakat setempat dianggap sebagai gunung keramat.
Dalam ritual tersebut, masyarakat menggunakan perlengkapan simbolik adat seperti kain berang, parang, salawaku, dan perlengkapan tradisional lainnya. Sasi adat ini berfungsi sebagai larangan adat untuk seluruh aktivitas pendakian dan eksplorasi di kawasan tersebut.
Tua adat Kanike, Alfons Lilimau, menyatakan bahwa Gunung Binaiya kini diberlakukan sasi adat untuk melarang segala bentuk aktivitas dari pihak mana pun.
“Gunung Binaiya bukan gunung dagang. Ini adalah tempat sakral bagi masyarakat Kanike. Mulai hari ini, semua aktivitas kami tutup secara adat,” tegas Alfons.
Sementara itu, perwakilan pemuda Kanike, Iwan Lilimau, menyampaikan bahwa penutupan yang dilakukan pada pada Minggu (6/7/2025), dilatarbelakangi oleh kecelakaan yang telah menelan empat korban jiwa selama beberapa waktu terakhir.
“Gunung ini sudah memakan korban. Kami sebagai penjaga Gunung Binaiya meminta agar tidak ada lagi pendakian oleh siapa pun,” ujarnya.
Masyarakat adat juga mendesak pemerintah daerah dan pihak Balai Taman Nasional Manusela untuk menghormati nilai-nilai adat dan segera merespons aspirasi masyarakat.
Mereka juga meminta agar Peraturan Daerah (Perda) tentang Perlindungan Masyarakat Adat di Maluku Tengah segera dibahas dan disahkan guna memberikan payung hukum atas hak-hak masyarakat adat.DMS











