Ambon, Maluku (DMS) – Anggota Komisi VIII DPR RI Alimudin Kolatlena mendorong penguatan toleransi dan dialog antarumat beragama di Maluku dalam acara Dialog Menyerap Aspirasi Tokoh Agama dan Lembaga Sosial Keagamaan Mitra Kemenag di Ambon, Selasa (29/4/2025).
Kegiatan yang berlangsung di lantai tujuh Kantor Gubernur Maluku merupakan kolaborasi KemenaG Maluku dan Komisi VIII RDPRRI ini mengusung tema “Maluku Damai dan Harmoni untuk Maluku Pung Bae”.
Acara diikuti ratusan peserta dari unsur tokoh agama, tokoh masyarakat, lembaga sosial keagamaan (LSM), serta TNI dan Polri. Kegiatan dibuka oleh Staf Ahli Gubernur Maluku Bidang SDM dan Kemasyarakatan, Samuel Huwae, yang hadir mewakili Gubernur Hendrik Lewerissa.
Sebagai anggota Komisi VIII DPR RI yang bermitra dengan Kementerian Agama, Kolatlena menekankan pentingnya merawat kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat yang majemuk.
Kolatlena menegaskan pentingnya menjaga kerukunan antarumat beragama di tengah keberagaman masyarakat Maluku yang majemuk.
Ia mengajak seluruh warga Maluku, yang dikenal sebagai daerah seribu pulau, untuk terus mempererat tali silaturahmi dan menjaga keharmonisan antarumat beragama.
Dikatakan, dialog antaragama harus terus digalakkan. Ini penting untuk memperkuat komitmen bersama dalam menjaga kedamaian di Maluku.
Politisi Partai Gerindra asal Seram Bagian Timur ini juga mengapresiasi peran pemerintah dan organisasi keagamaan dalam menangani berbagai insiden antarwarga serta mempromosikan semangat toleransi. Ia memastikan seluruh aspirasi yang disampaikan peserta akan diteruskan ke instansi terkait untuk ditindaklanjuti.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Maluku, H. Yamin, turut mengapresiasi peran aktif Kolatlena dalam memperjuangkan kepentingan umat dan mendorong kemajuan lembaga keagamaan di daerah.
Dalam sesi dialog, para tokoh agama dan perwakilan LSM menyoroti pentingnya ruang dialog yang konsisten, terutama di kalangan generasi muda. Mereka juga menilai bahwa kondisi hubungan antarumat di Maluku saat ini semakin harmonis dan tidak lagi rentan terhadap konflik berlatar belakang agama.
“Yang perlu dan terus dilakukan saat ini adalah merawat nilai-nilai toleransi dan persaudaraan orang basudara, salah satunya dengan rutin membangun dialog, terutama di kalangan generasi muda,” ujar salah satu peserta.
Peserta sepakat bahwa Maluku harus menjadi laboratorium perdamaian. Mereka juga mendorong aparat keamanan bertindak tegas terhadap siapa pun yang melakukan pelanggaran hukum yang berpotensi memicu ketegangan sosial.DMS