Jakarta (DMS) – Banjir rob (luapan air laut) yang melanda Jakarta Utara (Jakut) selama beberapa hari terakhir semakin menunjukkan dampak nyata dari penurunan tanah dan perubahan iklim yang semakin parah.
Hal ini disampaikan oleh Peneliti Cuaca dan Iklim Ekstrem dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Siswanto.
Siswanto menjelaskan melalui pesan singkat bahwa meskipun penurunan tanah yang signifikan turut mempengaruhi kejadian banjir rob, faktor utama yang berkontribusi terhadap fenomena ini adalah perubahan iklim global.
“Banjir rob sering dianggap sebagai salah satu bukti nyata dari dampak perubahan iklim,” ujar Siswanto.
Menurutnya, kenaikan permukaan laut telah meningkatkan frekuensi dan intensitas banjir rob yang terjadi di Jakarta Utara. Dampak perubahan iklim ini sulit untuk diatasi hanya dengan pembangunan infrastruktur fisik seperti tanggul.
Selain itu, perubahan pola cuaca dan gelombang pasang yang semakin tinggi juga menambah risiko terjadinya banjir rob di wilayah tersebut.
Banjir rob merupakan fenomena banjir yang terjadi akibat pasang surut air laut yang meluap ke daratan, khususnya di wilayah pesisir yang terletak lebih rendah dari permukaan laut. Siswanto juga mengungkapkan beberapa penyebab utama banjir rob, antara lain:
Pasang Surut Air Laut: Fenomena ini terjadi akibat tarikan gravitasi Bulan dan Matahari terhadap Bumi. Ketika posisi Bulan, Matahari, dan Bumi sejajar (pasang purnama), tarikan gravitasi menjadi lebih kuat sehingga air laut mencapai ketinggian maksimum.
Kenaikan Permukaan Laut: Perubahan iklim global menyebabkan mencairnya es di Kutub, yang mengakibatkan kenaikan volume air laut. Hal ini membuat wilayah pesisir lebih rentan terhadap banjir rob.
Penurunan Permukaan Tanah (Land Subsidence): Eksploitasi berlebihan terhadap air tanah menyebabkan penurunan permukaan tanah yang membuat wilayah pesisir lebih mudah tergenang air laut.
Kerusakan Ekosistem Pesisir: Kerusakan pada ekosistem pesisir, seperti penebangan liar hutan mangrove, mengurangi kemampuan daerah pesisir dalam menahan gelombang pasang atau abrasi.
Angin Kencang dan Gelombang Tinggi: Angin kencang akibat cuaca ekstrem dapat mendorong air laut ke daratan dan memperburuk banjir rob.
Salah satu warga Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara, mengungkapkan bahwa banjir tahun ini merupakan yang terparah dalam 10 tahun terakhir.
Sudirman (37), yang tinggal di RT 2/RW 22 bersama keluarganya, mengungkapkan pengalaman pribadi terkait banjir rob.
“Tiap tahun pasti banjir. Ini aja sejarah sejak 10 tahun di sini, tinggi banjir sampai se-perut saya yang masuk rumah, kemarin Sabtu-Minggu. Kalau rob pasti banjir sini,” ujar Sudirman, Kamis (19/12/2024).DMS/DC