Jakarta – Pusat Pengendalian dan Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Pusdalops BNPB) melaporkan dampak signifikan dari gempa berkekuatan magnitudo 6,2 yang melanda Kabupaten Garut, Jawa Barat. Sebanyak 110 unit rumah rusak dan 75 kepala keluarga (KK) terdampak menjadi sorotan utama.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengungkapkan bahwa jumlah tersebut telah meningkat drastis dari laporan awal. Rumah-rumah yang rusak atau terdampak memiliki berbagai tingkat kerusakan, dengan rincian tiga unit rusak berat, 21 unit rusak sedang, dan 34 unit rusak ringan.
Lebih lanjut, kerusakan terbesar terjadi di Kabupaten Garut, diikuti oleh Kabupaten Bandung, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Tasikmalaya, dan Tasikmalaya. Selain bangunan, fasilitas publik seperti tempat ibadah, sekolah, kantor, dan rumah sakit juga mengalami kerusakan.
Selain kerusakan materiil, korban jiwa dan luka juga tercatat. Delapan orang dilaporkan luka-luka, sementara 75 KK terdampak. Meskipun upaya pemulihan telah dimulai oleh BPBD Provinsi Jawa Barat dan kabupaten terdampak, masyarakat diminta untuk tetap waspada terhadap bangunan yang rusak akibat gempa.
BPBD Provinsi Jawa Barat bersama dengan pihak terkait berjanji akan terus melakukan pendataan dan evaluasi untuk menginventarisasi kerusakan serta menyelamatkan warga. Setelah itu, tahapan selanjutnya adalah perbaikan fasilitas umum, pembersihan materiil, dan perbaikan rumah warga.
Meskipun kondisi saat ini cenderung lebih terkendali, BPBD Provinsi Jawa Barat mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang belum tentu kebenarannya.
Gempa yang terjadi pada Sabtu (27/4) malam memiliki pusat gempa di laut dengan kedalaman 70 kilometer. Menurut laporan BMKG, jenis gempa ini tergolong sebagai gempa dalam lempeng (intraslab earthquake) yang dipicu oleh aktivitas deformasi batuan dalam lempeng Indo-Australia yang tersubduksi di bawah lempeng Eurasia di selatan Jawa Barat. DMS/AC