Ambon, Maluku (DMS) – Peningkatan volume sampah plastik di perairan Teluk Ambon semakin mengkhawatirkan dan berpotensi merusak ekosistem laut di wilayah tersebut.Sekitar 60 persen sampah yang mengapung di Teluk Ambon berasal dari limbah plastik rumah tangga.
Jenis sampah plastik yang ditemukan bervariasi, mulai dari bekas kemasan minuman hingga limbah medis seperti masker sekali pakai.
Akumulasi sampah plastik ini telah menyebabkan pencemaran mikroplastik yang berbahaya bagi organisme laut, termasuk ikan yang dikonsumsi masyarakat. Selain itu, ekosistem terumbu karang dan hutan mangrove juga terdampak akibat limbah plastik yang mengendap di dasar laut.
Peneliti Fisika Oseanografi dari Pusat Riset Laut Dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Kawasan Kerja Bersama Atjep Suwarta (KKBAS) Ambon, Gerry Salamane, dalam wawancara dengan DMS Media Group pada Selasa (18/3/2025), menjelaskan Teluk Ambon terbagi dalam beberapa segmen, yaitu Teluk Ambon bagian dalam, bagian luar dekat Jembatan Merah Putih (JMP), bagian luar tengah, dan bagian luar yang berbatasan langsung dengan Laut Banda.
Menurut Gerry, wilayah yang lebih dekat ke Laut Banda lebih cepat terbebas dari sampah plastik karena arus laut yang kuat membawa limbah ke perairan terbuka.
Sebaliknya, Teluk Ambon bagian dalam cenderung mengalami akumulasi sampah plastik akibat sirkulasi air yang lebih lambat serta tingginya input limbah dari permukiman penduduk.
Dijelaskan semakin jauh dari Laut Banda, semakin besar kemungkinan sampah plastik tertinggal dan terdampar di pantai. Faktor populasi penduduk juga mempengaruhi tingginya suplai sampah plastik di perairan Teluk Ambon bagian dalam.
Disebutkan, dari hasil penelitian yang dilakukan BRIN di beberapa titik perairan Teluk Ambon, mulai dari Tawiri hingga Passo dan Suli, menunjukkan kondisi sampah plastik di wilayah ini sangat memprihatinkan.
Sampah plastik banyak ditemukan di area hutan mangrove, yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem pesisir.
Gerry juga mengungkapkan berdasarkan analisis fisik arus laut, kawasan Poka dan Rumah Tiga menjadi daerah penampungan sampah.
Jika kawasan ini tidak rutin dibersihkan, arus laut yang kuat akan membawa lebih banyak sampah dan menyebabkan akumulasi yang lebih parah.
Ia mengimbau masyarakat untuk lebih disiplin dalam membuang sampah pada tempatnya agar tidak mencemari laut dan merusak ekosistem yang menjadi sumber kehidupan bagi banyak spesies laut. (DMS).