Beijing (DMS) – Pemerintah China menilai kemitraan strategis dengan Indonesia semakin krusial di tengah ketidakpastian dan gejolak global saat ini. Hal itu disampaikan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing, Senin (14/4), bertepatan dengan peringatan 75 tahun hubungan diplomatik kedua negara.
“Di tengah meningkatnya gejolak internasional, kemitraan strategis komprehensif China dan Indonesia menjadi semakin penting,” kata Lin.
Hubungan diplomatik antara Indonesia dan China dimulai pada 13 April 1950, tak lama setelah Indonesia merdeka dan China dipimpin Partai Komunis di bawah Mao Zedong. Indonesia menjadi salah satu negara Asia Tenggara pertama yang mengakui China secara diplomatik.
“Sebagai dua negara berkembang utama dan kekuatan penting di Global South, kerja sama antara China dan Indonesia memiliki dampak strategis dan pengaruh global,” ujarnya.
Lin menambahkan, Presiden Xi Jinping dan Presiden Prabowo Subianto telah saling bertukar pesan ucapan selamat dan menegaskan komitmen memperkuat kerja sama di berbagai bidang. Keduanya juga menekankan pentingnya mendukung pembangunan nasional masing-masing dan mendorong hubungan bilateral ke tingkat lebih tinggi.
Dalam momentum peringatan 75 tahun hubungan diplomatik, China menyatakan kesiapan untuk memperkuat koordinasi dengan Indonesia dalam mendorong pembangunan, kemakmuran, dan stabilitas kawasan.
“China juga siap bekerja sama menghadapi tantangan global, menjaga stabilitas sistem perdagangan multilateral, serta memperkuat rantai industri dan pasokan,” tegas Lin.
Gejolak global yang dimaksud mencakup perang Rusia-Ukraina, konflik di Palestina, hingga meningkatnya ketegangan perdagangan antara China dan Amerika Serikat setelah pemberlakuan tarif impor tinggi oleh kedua negara.
Sejarah mencatat hubungan Indonesia-China sempat terputus pasca peristiwa G30S/PKI tahun 1965. Pemerintah Orde Baru membekukan hubungan diplomatik dengan China pada 1967. Hubungan baru dipulihkan kembali pada 8 Agustus 1990 dengan pengakuan prinsip “Satu China”.
Sejak era reformasi, hubungan kedua negara makin erat. Tahun 2005, Indonesia dan China menandatangani Kemitraan Strategis yang ditingkatkan menjadi Kemitraan Strategis Komprehensif pada 2013. Kerja sama ini mencakup sektor perdagangan, investasi, pertahanan, hingga infrastruktur.
Di era Presiden Joko Widodo, Indonesia bergabung dalam inisiatif “Belt and Road”, salah satu proyek unggulannya adalah Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Data Bea Cukai China mencatat nilai perdagangan bilateral Indonesia-China pada 2024 mencapai 147,78 miliar dolar AS, dengan ekspor Indonesia sebesar 71,09 miliar dolar AS dan impor dari China sebesar 76,69 miliar dolar AS. China menjadi mitra dagang terbesar Indonesia, melampaui Amerika Serikat dan Jepang.
Sementara itu, nilai investasi langsung (FDI) China di Indonesia mencapai 8,1 miliar dolar AS pada 2024, meningkat 9,4 persen dari tahun sebelumnya. Nilai ini menempatkan China sebagai investor terbesar ketiga setelah Singapura dan Hong Kong.DMS/AC