Jakarta – Gempa megathrust adalah gempa bumi terkuat di dunia yang dapat mengakibatkan tsunami. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan gempa megathrust yang terjadi di Nankai, Jepang pada 8 Agustus 2024 juga dapat terjadi di Indonesia.
Dilansir dari Kids Fun Science, gempa bumi megathrust umumnya digunakan para geolog untuk merujuk gempa bumi hebat di zona subduksi karena lempeng di atasnya yang bergeser di atas lempeng yang subduksi. Sumber gempa megathrust biasanya di bawah laut sehingga sukar melakukan pengamatan detail.
“Satu gempa bumi megathrust ini setara dengan energi yang dilepaskan oleh 32.000 bom nuklir Hiroshima,” ujar Raúl Pérez-López, ahli geologi gempa bumi di Geological and Mining Institute di Spanyol, dikutip dari Live Science.
Pelepasan energi dahsyat saat gempa bumi megathrust dapat menimbulkan konsekuensi bencana bagi wilayah sekitarnya, menyebabkan potensi kerusakan sangat besar dari peristiwa seismik ini. Karenanya, megathrust berpotensi menghasilkan tsunami hebat akibat pergerakan vertikal dasar laut yang besar.
Baru-baru ini, gempa magnitudo (M) 7,1 terjadi di Jepang Jumat (8/8/2024) lalu. Kekhawatiran ilmuwan muncul karena gempa terjadi di Megathrust Nankai selatan Jepang. Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengatakan kekhawatiran ilmuwan Jepang sama persis dengan yang dirasakan oleh ilmuwan Indonesia.
“Kekhawatiran ilmuwan Jepang terhadap Megathrust Nankai saat ini sama persis yang dirasakan dan dialami oleh ilmuwan Indonesia, khususnya terhadap ‘Seismic Gap’ Megathrust Selat Sunda (M 8,7) dan Megathrust Mentawai-Suberut (M 8,9). Rilis gempa di kedua segmen megathrust ini boleh dikata ‘tinggal menunggu waktu’ karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar,” kata Daryono dalam keterangan tertulis,.
BMKG menyebut ada kekhawatiran dari ilmuwan Indonesia terhadap Megathrust Selat Sunda M 8.7 dan Megathrust Mentawai-Suberut M 8.9. Pasalnya, dua megathrust tersebut sudah lama tidak melepaskan energi besarnya.
Ada tiga zona megathrust di Indonesia yang termasuk dalam zona subduksi aktif. Yaitu subduksi Sunda mencakup Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba. Lalu ada subduksi Banda, subduksi Lempeng Laut Maluku, subduksi Sulawesi, subduksi Lempeng Laut Filipina, dan subduksi Utara Papua.
Juga ada tiga segmentasi megathrust di Samudra Hindia selatan Jawa. Segmentasi megathrust tersebut, yaitu segmen Jawa Timur, segmen Jawa Tengah-Jawa Barat, dan segmen Banten-Selat Sunda. Ketiga segmen megathrust ini memiliki magnitudo tertarget M 8.7, yang artinya zona megathrust menyimpan potensi gempa besar.
Gempa Megathrust di Indonesia Tinggal Tunggu Waktu
Seismic Gap Megathrust Selat Sunda M 8.7 dan Megathrust Mentawai-Suberut M 8.9 belum mengalami gempa besar dalam ratusan tahun lalu. “Rilis gempa di kedua segmen megathrust ini boleh dikata ‘tinggal menunggu waktu’, karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar,” jelas Daryono dalam keterangannya, Selasa (13/8/2024).
Dalam Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2017 disebutkan, segmen Megathrust Mentawai-Suberut dan Megathrust Selat Sunda terakhir kali gempa lebih dari ratusan tahun lalu. Megathrust Selat Sunda sepanjang 280 km, lebar 200 km, dan pergeseran (slip rate) 4 cm per tahun.
Megathrust Selat Sunda tercatat pernah ‘pecah’ pada 1699 dan 1780 dengan M 8.5. Sementara MegathrustMentawai-Siberut yang mempunyai panjang 200 km dan lebar 200 km, serta slip rate 4 cm per tahun, pernah gempa M 8.7 pada 1797 dan M 8.9 pada 1833.
Meski begitu, Daryono meminta masyarakat tidak khawatir karena BMKG sudah menyiapkan sistem monitoring, prosesing, dan diseminasi informasi gempa bumi, serta peringatan dini tsunami yang semakin cepat dan akurat sebagai upaya antisipasi dan mitigasi.
BMKG memiliki sistem InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System), yang bisa digunakan untuk segera menyebarluaskan informasi mengenai gempa bumi dan peringatan dini tsunami di seluruh wilayah Indonesia.
Selain itu, BMKG juga telah melakukan berbagai upaya mitigasi lainnya seperti memberikan edukasi, pelatihan mitigasi, drill, hingga evakuasi dengan berbasis pemodelan tsunami. Upaya mitigasi ini disampaikan kepada instansi terkait, masyarakat, pelaku usaha pariwisata pantai, hingga industri pantai dan infrastruktur kritis pelabuhan dan bandara pantai.
“Kami berharap melalui upaya dalam memitigasi bencana gempa bumi dan tsunami tersebut bisa menekan sekecil mungkin risiko dampak bencana yang mungkin terjadi, bahkan hingga dapat menciptakan zero victim,” pungkas Daryono.
Daftar 13 Segmen Megathrust Ancam Wilayah RI
Mengacu pada Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017, berikut daftar total 13 segmen megathrust yang mengancam Indonesia:
- megathrust Mentawai-Pagai dengan potensi gempa M8,9
- megathrust Enggano dengan potensi gempa M8,4
- megathrust Selat Sunda dengan potensi gempa M8,7
- megathrust Jawa Barat-Jawa Tengah dengan potensi gempa M8,7
- megathrust Jawa Timur dengan potensi gempa M8,7
- megathrust Sumba dengan potensi gempa M8,5
- megathrust Aceh-Andaman dengan potensi gempa M9,2
- megathrust Nias-Simelue denga potensi gempa M8,7
- megathrust Batu dengan potensi gempa M7,8
- megathrust Mentawai-Siberut dengan potensi gempa M8,9
- megathrust Sulawesi Utara dengan potensi gempa M8,5
- megathrust Filipina dengan potensi gempa M8,2
- megathrust Papua dengan potensi gempa M8,7.DMS/AC