Berita Ambon – Gerakan Pemuda Al-Mukmin Wilayah Maluku, menggelar Focus Gorup Discusion “Membentengi Mahasiwa Muslim Dari Paham Radikal dan Terorsime” bertempat di Masjid Al Hijrah Pandan Kasturi Ambon, Kamis (15/07).
Dialog melibatkan mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di kota Ambon, bertujuan menyatukan persepsi tentang kebangsaan, dengan harapan mahasiswa mampu menjadi agen pembaharuan (agent of change) menyebarkan pentingnya membangun kehamornisan kebangsaan.
Ketua Pemuda Al-Mukmin Kota Ambon, Amsir Renoat Elaar kepada DMS Media Group menjelaskan, kegiatan FGD merupakan bagian dari pada pencerahan kepada mahasiswa. Menurutnya mahasiswa merupakan insan cendikia diharapakan dapat menjadi agen pembaharuan
Menurutnya, radikalisme adalah sebuah pemahaman keliru dan menyesatkan umat, oleh karena itu peran dari para tokoh agama, tokoh pemuda dan tokoh masyarakat, sangat penting untuk bersama-sama memberikan edukasi akan bahaya radikalisme bagi generasi muda saat ini.
Dijelaskanya, orang yang memiliki literasi tradisi beragama dan dialog yang kuat dapat menerima keberagaman pemikiran keagamaan Mazhab. Mereka juga memiliki sikap insklusif, egaliter untuk menghargai sesama. Hal ini dengan sendirinya akan memunculkan moderasi beragama.
Ketua Majelis Ulama Indonesis (MUI) Maluku, Abdullah Latuapo mengajak Mahasisswa untuk tidak terpengaruh dengan paham radikal.
Menurutnya, radikal itu membentuk sifat kekerasan sehingga diharapkan generasi muda di Maluku tidak sampai terjemurus ke hal-hal yang dapat memecah belah persatuan bangsa, apalagi Maluku sangat kental dengan semboyan hidup “Katong Samua Basudara” potong di kuku rasa di daging.
Latuapo juga mengajak, mahasiswa terutama orang Maluku tetap menjaga persatuan dan kesatuan di Indonesia dengan memahami dan menyelamatkan Pancasila karena Pancasila merupakan hasil pikir para ulama yang bertujuan untuk menyatukan Indonesia.
Latuapo mengakui masih terdapatnya kelompok-kelompok kecil di tengah masyarakat yang memiliki paham bertolak belakang dengan Pancasila.
Dikatakan untuk mengatasi persoalan tersebut, perlu dilakukan pendekatan dan memberikan pemahaman yang baik sebagai warga negara Indonesia, karena Pancasila merupakan dasar negara yang harus dijunjung tinggi dan ditaati.
MUI katanya berperan bukan saja sebagai pemberi pembinaan kepada masyarakat terkait pemahaman agama yang baik, namun juga berfungsi mengawasi dan ikut dalam penyelesaian masalah di tengah umat.
Ketua Lembaga Antar Iman (LAI) Abidin Wakanao yang juga hadir selaku penyampai materi, mengatakan, munculnya radikalisme di sebabkan minimnya pengetahuan yang di miliki para generasi muda saat ini, untuk itu melalui berbagai sosialisasi tentang wawasan kebangsaan akan memberikan pemahaman yang benar akan bahaya radikalisme.
Wakano juga menerangkan orang yang susah berdialog dengan wacana yang terbuka dan tradisi literasi yang kuat ini memiliki sikap eksklusif. Ini merupakan akar bagi tumbuhnya sikap yang cendrung untuk lebih menyalahkan orang lain. Dan hal ini dapat menimbulkan sikap radikal.
Mahasiswa sebagai insan cendikia, insan akademis, disarankan . terus mengasah ketajaman berpikir, tentang kehidupan keagamaan yang benar. Karena pada dasarnya orang yang punya literasi tradisi beragama yang kuat, bisa menerima keberagaman keagamaan. DMS