Washington DC – Sekelompok regu FBI menggerebek kantor Michael Cohen, pengacara sekaligus orang kepercayaan Presiden Donald Trump, pada Senin, 9 April 2018.
Salah satu sumber terdekat mengatakan bahwa FBI menyita beberapa dokumen penting, yang berkaitan dengan Stephanie Clifford — atau lebih dikenal sebagai bintang porno Stormy Daniels — yang dituduh menjadi selingkuhan Presiden Trump pada 2006 lalu tapi dibantah keras oleh pihak Gedung Putih.
Penggerebekan tersebut juga menyasar hotel Loew’s Regency, yang menjadi lokasi tempat tinggal sementara Cohen dalam beberapa waktu terakhir.
Presiden Donald Trump, yang menyaksikan laporan penggerebekan tersebut melalui televisi, mengecamnya sebagai ‘hal yang memalukan’ dan juga bentuk ‘serangan terhadap negara’.
Menurut pejabat Gedung Putih, Presiden Amerika Serikat (AS) ke-45 itu sejatinya telah mendengar laporan itu, sebelum ‘pecah’ di pemberitaan media.
Tidak ketinggalan, rumah pribadi Cohen yang terletak di kawasan Long Island juga turut digerebek, namun tidak menemukan berkas apapun, selain beberapa catatan bank dalam nominal besar.
Stephen Ryan, pengacara Cohen, mengatakan bahwa kantor Jaksa Amerika Serikat (AS) untuk Distrik Selatan New York, telah mengeksekusi serangkaian surat perintah penggeledahan, termasuk ke kantor pribadinya.
Mueller, ditunjuk oleh Departemen Kehakiman AS untuk menjadi special counsel atau penasihat khusus, mengawasi penyelidikan federal terhadap dugaan keterlibatan Rusia dalam pilpres AS 2016.
Ini penyitaan yang tidak perlu dari komunikasi klien pengacara yang (seharusnya) dilindungi. Taktik pemerintah ini juga salah karena Tuan Cohen telah bekerja sama sepenuhnya dengan semua entitas pemerintah, termasuk menyediakan ribuan dokumen ke Kongres, serta melakukan deposisi di bawah sumpah, lanjutnya panjang lebar.
Sebuah sumber yang dekat dengan Gedung Putih memperingatkan, bahwa keputusan Mueller tersebut dapat mendorong Presiden Trump melakukan tindakan tegas kepada FBI.
Namun, ketika ditanya mengapa Donald Trump tidak juga memecat Mueller, pihak Gedung Putih mengatakan bahwa situasi saat ini adalah sebuah aib, yang harus diselesaikan terlebih dahulu, bukan dipotong secara sepihak. (DMS/liputan6)