Jakarta (DMS) – Jumlah kedatangan pengungsi Rohingya di Indonesia kembali meningkat dengan lebih dari 200 orang mendarat di Provinsi Aceh selama akhir pekan lalu. Fenomena ini menambah daftar panjang kedatangan etnis tersebut melalui jalur laut ke negara-negara Asia Tenggara.
Para Rohingya, yang mayoritas beragama Islam dan berasal dari Myanmar, kerap meninggalkan kamp-kamp pengungsi yang serba kekurangan menggunakan perahu-perahu reyot menuju Thailand, Indonesia, atau Malaysia. Mereka memilih waktu antara Oktober hingga April, saat kondisi laut lebih tenang, untuk melakukan perjalanan berisiko ini.
Pada Minggu (5/1/2025) malam, lebih dari 200 orang tiba di wilayah Peureulak Barat, Kabupaten Aceh Timur, di Pulau Sumatra bagian barat Indonesia.
“Mereka tiba di wilayah kami dengan kondisi yang sangat lemah dan membutuhkan bantuan segera,” kata Miftach Tjut Adek, ketua komunitas nelayan Aceh, dikutip dari Reuters, Senin (6/1/2025).
Faisal Rahman, pejabat dari Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR), menyatakan bahwa pihaknya sedang berkoordinasi dengan otoritas lokal.
“Tim kami menuju Peureulak Barat pada Senin untuk memberikan bantuan dan memastikan kebutuhan dasar mereka terpenuhi,” ujar Rahman.
Antara Oktober dan November tahun lalu, lebih dari 500 Rohingya tiba di Indonesia melalui jalur laut. Jumlah ini terus meningkat, mencerminkan situasi darurat yang dihadapi oleh populasi yang tidak memiliki kewarganegaraan ini.
Adapun hampir 1 juta Rohingya tinggal di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh, yang oleh Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, Filippo Grandi, disebut sebagai “kamp pengungsi kemanusiaan terbesar di dunia.”
Di Myanmar, yang mayoritas penduduknya beragama Buddha, Rohingya dianggap sebagai pendatang asing dari Asia Selatan, sehingga mereka tidak diberikan kewarganegaraan dan sering menjadi korban penganiayaan.
Menurut data UNHCR, sejak 2023, lebih dari 2.000 Rohingya telah tiba di Indonesia. Angka ini melebihi jumlah kedatangan selama empat tahun sebelumnya secara keseluruhan, menunjukkan peningkatan signifikan dalam arus pengungsi ke wilayah ini.
PBB dan berbagai organisasi kemanusiaan terus mendesak solusi diplomatik yang lebih kuat untuk mengakhiri penderitaan yang dialami oleh komunitas Rohingya.
“Kami berharap komunitas internasional dapat memberikan perhatian lebih untuk mengatasi akar permasalahan yang membuat mereka terusir dari tanah air mereka,” tambah Rahman.DMS/DC/ CNBC I