Manado (MataMaluku) – Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengungkapkan bahwa gempa berkekuatan magnitudo 5,6 yang mengguncang pantai timur Pulau Morotai, Maluku Utara, pada Kamis (18/9) pukul 14.45 WIB, disebabkan oleh aktivitas subduksi lempeng laut Pasifik.
“Gempa ini merupakan jenis gempa dangkal yang dipicu oleh pergerakan subduksi lempeng laut Pasifik,” jelas Daryono melalui keterangan tertulis yang disampaikan dalam grup percakapan “BMKG dan Stakeholder” di Manado, Kamis.
Dari hasil analisis BMKG, episenter gempa tersebut berada di koordinat 2,25° LU dan 128,70° BT, tepatnya berlokasi di laut, sekitar 50 kilometer timur laut Daruba, Maluku Utara, dengan kedalaman 32 kilometer. Analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini disebabkan oleh pergerakan naik (thrust fault).
Guncangan gempa terasa di wilayah Morotai dan Halmahera Utara dengan intensitas III-IV MMI, yang berarti gempa dirasakan oleh banyak orang di dalam rumah pada siang hari. Di Pulau Doi, guncangan terasa dengan intensitas III MMI, sementara di Ternate dan Halmahera Timur, guncangan dirasakan dengan intensitas II MMI.
BMKG memastikan bahwa gempa ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami. Hingga pukul 15.10 WIB, BMKG mencatat adanya satu gempa susulan dengan magnitudo 4,3.
BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak mudah percaya dengan informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Masyarakat juga disarankan untuk menjauhi bangunan yang retak atau rusak, serta memeriksa kondisi rumah sebelum kembali masuk guna memastikan tidak ada kerusakan yang membahayakan.
Untuk informasi resmi, BMKG menekankan pentingnya mengacu pada sumber yang telah terverifikasi melalui kanal komunikasi resmi. DMS/AC