[ad_1]
Sumber gambar, ANTARAFOTO/Iggoy el Fitra
Ilustrasi. Sejumlah siswa sedang melakukan simulasi gempa
Gempa berkekuatan 4,6 magnitudo yang mengguncang Mojokerto, Senin (19/06), dipicu “sesar aktif yang belum terpetakan”. Mengapa sesar ‘misterius’ bisa muncul? Seberapa besar bahayanya, dan mitigasi seperti apa yang perlu dilakukan?
Gempa yang terjadi Senin (19/06) sekitar pukul 20.44 WIB, berpusat pada 10 km arah Timur Laut Mojokerto di kedalaman 9 kilometer atau disebut gempa dangkal.
Gempa berkekuatan 4,6 magnitudo (M) ini getarannya terasa sampai ke beberapa wilayah lain di Jawa Timur.
Analis gempa dari BMKG menyebut gempa ini dipicu “sesar aktif yang belum terpetakan”.
Berapa besar dampak gempa Mojokerto?
Sumber gambar, Dok. Daryono/BMKG
Sejumlah sesar aktif yang telah terpetakan di Jawa Timur
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto mencatat tidak ada laporan korban jiwa.
“Hanya ada satu kerusakan bangunan ringan, list plafon berjatuhan di rumah warga posisi ada di Desa Penanggungan, Kecamatan Trawas, di rumah Ibu Poniyem 74 tahun [37 km dari pusat gempa],” kata Kepala Pelaksana BPBD Mojokerto, Yo’ie Afrida Soesetyo.
Lindu yang terjadi malam hari ini, dirasakan sampai ke wilayah lainnya seperti Pasuruan, Sidoarjo, Surabaya, Lamongan, Gresik hingga Lawang.
Menurut BMKG, skala MMI antara II-III setara dengan merasakan truk besar lewat atau melihat benda ringan yang digantung bergoyang.
Sumber gambar, Dok. BPBD Mojokerto
Sejumlah petugas mendatangi kediaman Ibu Poniyem yang dikabarkan mengalami rusak ringan.
Bagaimana pun, gempa ini menyisakan kepanikan warga, seperti Hana yang saat itu berada di RSUD Prof. dr. Soekandar di Kota Kecamatan Mojosari, sekitar empat kilometer dari pusat gempa.
Saat berjalan menuju meja perawat, Hana merasakan guncangan.
“Saya [hendak] minta tolong selang infus suami saya dibetulkan. Tiba-tiba ketika di dekat meja perawat itu terjadi goyang-goyang itu. Loh kenapa ini? Kenapa ini?” kata Hana mengingat gempa yang ia rasakan hampir satu menit.
Setelah itu, sebagian pasien-pasien dan keluarga yang menemani berhamburan keluar ruangan.
Pengumuman dari rumah sakit menginstruksikan semua penghuni rumah sakit “tidak panik” dan menyelamatkan diri melalui jalur evakuasi jika terjadi gempa susulan.
“Kami semua sempat di luar 2 – 5 menit, terus ya sudah masuk lagi,” lanjut Hana.
Dari pengamatan Hana, tidak ada bagian rumah sakit yang rusak.
Sementara itu, di Kabupaten Sidoarjo sekitar 36 kilometer dari pusat gempa, Abdul Halim baru saja selesai mengajar perkuliahan di salah satu perguruan tinggi Islam swasta.
Gempa mengguncang bangunan saat Halim berada di lantai tiga bersama sekitar sepuluh mahasiswa. “Tanpa basa basi lagi, turun sampai ke lantai dasar. Bersama dosen dan mahasiswa di kelas lain yang juga turun agak panik,” katanya.
Setelah semua menenangkan diri dan tak ada gempa susulan. Kelas di kampus benar-benar bubar. “Kami pun pulang dengan tertib,” kata Halim yang menambahkan, tidak ada kerusakan yang berarti.
BMKG menjelaskan sejumlah skala MMI dan ilustrasinya.
Mengapa sesar misterius bisa muncul?
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami dari BMKG, Daryono mengatakan gempa ini “dipicu sesar aktif yang belum terpetakan”.
“Karena memang dalam peta tektonik dan peta geologi belum ada jalur sesar pembangkit gempa Mojokerto ini,” katanya kepada BBC News Indonesia, Selasa (20/06).
Peta tektonik dan peta geologi salah satunya dimuat dalam Peta Sumber dan Bahaya Gempa yang dengan edisi terakhir 2017 lalu. Dalam peta ini setidaknya terdapat 36 sesar aktif yang ada di Pulau Jawa.
Daryono mengatakan “masih banyak sekali sumber gempa sesar aktif yang belum terpetakan” di Indonesia.
“Bahkan gempa merusak dan mematikan seperti gempa Cianjur 2022, dan gempa Ambon 2020 dibangkitkan oleh sesar yang belum terpetakan jalurnya,” katanya.
Ada apa di balik sejarah kegempaan Mojokerto?
Sumber gambar, Dok. BMKG
Posisi gempa di Mojokerto dalam bentuk bintang, dan sejumlah garis-garis yang teridentifikasi sebagai sesar aktif.
“Gempa dengan kerusakan berat” dengan skala MMI antara VII-VIII. Dalam catatan BMKG skala ini rumah dengan struktur konstruksinya tidak baik bisa mengalami retak bahkan hancur.
Dinding copot pada bangunan konstruksi kurang baik. Gempa bisa dirasakan oleh orang-orang yang sedang berkendara.
“Menariknya, catatan sejarah gempa merusak pernah terjadi di Mojokerto pada 1834 dengan intensitas VI-VIII MMI,” tambah Daryono.
Mengapa belum terpetakan?
Sesar atau patahan (fault) adalah pergeseran lapisan batuan karena daya tekan kerak bumi.
Kejadian gempa yang dipicu sesar dalam ilustrasi kecil, seperti Anda mematahkan sebatang kayu dan merasakan getarannya.
Namun, terdapat bermacam pergerakan sesar di mana patahan bisa melebar, bergeser naik, ke luar, ke samping, ke bawah atau berlipat seperti kain. Setiap sesar memiliki pergerakan yang “sangat kompleks”.
“Karena kadang berbergerak di bagian ini, di lain waktu ia menggerakan bagian yang lain,” kata Gayatri Indah Marliyani, ahli geologi dari Universitas Gadjah Mada.
Sesar misterius yang baru diketahui di Mojokerto ini bukan tiba-tiba muncul. Kemungkinan keberadaan sesar ini sudah ada sejak berabad-abad, tapi rekahannya tak tampak di permukaan, sampai diketahui keberadaannya karena gempa.
Sumber gambar, Dok. Pribadi
Gayatri Indah Marliyani salah satu peneliti gempa di Indonesia mengatakan tiap pergerakan sesar aktif yang ada di Indonesia memiliki kompleksitasnya masing-masing.
“Karena kita punya karakteristik iklim yang basah dan tropical, sehingga tanahnya tebal, erosinya tinggi.
“Wajar kalau bukti-bukti yang menunjukkan sesar itu di mana, itu hampir semuanya tertimbun, susah dicari, sehingga, kalau ada gempa itu membantu kita untuk akhirnya tahu, oh lokasinya ternyata di sini,” kata Gayatri.
Bagaimana pun, kata Gayatri, keberadaan sesar yang belum masuk dalam peta tektonik dan peta geologi di Mojokerto ini sudah diperkirakan keberadaanya karena berada di zona Sesar Kendeng.
Sesar Kendeng adalah zona sesar yang memanjang mengarah barat timur dari Jawa Tengah hingga bagian barat Jawa Timur.
Sesar yang diperkirakan memiliki rentang 300 kilometer, terdiri dari kumpulan sesar-sesar naik, dan lipatan-lipatan.
“Jadi tidak satu garis di dalam peta saja,” kata Gayatri.
Sesar ini juga bisa seperti tumpukan biskuit yang sudah patah-patah, di mana satu kepingannya akan bertumpu dengan kepingan lain yang mungkin kuat bahkan rapuh.
“Jadi kayak ada semacam tumpuan sesar besar di bawah di mana di atasnya bertumbuh sesar-sesar kecil yang cukup kompleks, dan mustahil untuk kita petakan satu per satu.
“Kecuali dengan adanya gempa seperti ini, bisa kita tambahkan,” kata Gayatri.
Ia melanjutkan, yang bisa dipetakan saat ini adalah bagian dari zona sesar yang sudah cukup jelas ada retakan yang bisa ditemukan di bawah telapak kaki kita. Ciri lain yang dikenali, adanya kegempaan kecil di daerah situ, dan analisis topografi daerah tersebut.
Sumber gambar, ANTARAFOTO/ANDRI SAPUTRA
“Jadi, secara umum di situ kita tahu ada zona sesar, cuma kompleksitas dari zona sesar itu sendiri bisa mengakibatkan gempa-gempa yang terjadi di mana pun. Di zona itu masih mungkin terjadi [gempa],” tambah Gayatri.
Apakah harus tunggu gempa, baru tahu ada sesar aktif?
Menurut Gayatri terdapat sejumlah cara mengetahui keberadaan sesar yang belum terpetakan. Caranya “memasang sensor seismograf yang mengepung area” yang dicurigai sebagai sesar aktif.
Selain itu, pendekatan melalui pendekatan geologi dengan melakukan penelitian topografi secara terperinci seperti perubahan lereng, belokan sungai atau teras sungai yang terangkat.
Lalu, penelitian melalui pendekatan geodesi atau penelitian mengenai ukuran dan bangunan bumi dengan memasang sensor pergerakan permukaan, dan stasiun GPS di sekeliling subjek penelitian.
“Usaha memetakan itu di balik layar itu terus berlangsung. Peneliti tidak diam saja,” kata Gayatri yang juga ikut berkontribusi pada Peta Sumber dan Bahaya Gempa 2017. Peta ini akan diperbarui dengan sesar-sesar yang baru ditemukan, termasuk yang di Mojokerto.
Sumber gambar, Dok. Pusat Studi Gempa Nasional
Sejumlah sesar aktif di Pulau Jawa yang teridentifikasi hingga 2017
Menurutnya sesar aktif yang terpetakan pada peta yang dipublikasi pemerintah itu masih seperti fenomena “gunung es”. Artinya masih banyak lagi sesar aktif yang perlu diteliti di seluruh Indonesia.
“Jawa dan Sumatra itu cukup baik petanya. Tapi daerah seperti Bali, daerah kepulauan Maluku-Halmahera kemudian Irian Jaya-Papua itu masih kurang. Kemudian di Kalimantan,” kata Gayatri sambil menambahkan “Saya bilang 70% pun belum. PR-nya masih banyak.”
Selain kompleksitas pergerakan sesar, tak cukup banyak peneliti di bidang kegempaan.
“Yang mau diteliti banyak, tapi kemampuan waktu kita… Harus banyak rekrut mahasiswa, banyak rekrut peneliti,” kata Gayatri.
Persoalan lainnya adalah keterbatasan laboratorium dan alat-alat untuk penelitian.
Sebuah rumah ambruk saat Gempa dangkal di Cianjur.
Kemudian masalah klasik – tapi penting— dukungan biaya penelitian. “Kadang dukungan untuk melakukan riset itu kurang. Bencana gempa bumi, alokasinya tidak sebanding dengan yang kita butuhkan,” kata Gayatri.
Daryono selaku pejabat di BMKG tak bisa menutup mata, anggaran untuk penelitian kegempaan cukup besar.
“Target sulit dibuat karena wilayah Indonesia sangat luas, belum lagi sumber gempanya tidak hanya di darat saja tapi juga di laut, yang butuh riset sungguh hati-hati, teliti dan membutuhkan dana/anggaran yang cukup besar,” katanya.
Seberapa tinggi bahaya sesar aktif jika tidak terpetakan?
Sumber gambar, Dikcy Nawazaki
Imas memegangi boneka kesayangan Ashika Nur Fauziah saat menunggu putrinya itu dievakuasi dari reruntuhan bangunan saat gempa Cianjur.
Berisiko menimbulkan kematian saat gempa terjadi.
“Kalau tidak ada dalam peta itu, warga merasa aman. Membangun tak ada garis sesar, saya [warga] tidak akan khawatir. Bahayanya kita nggak siap, tahu-tahu kaget,” kata Gayatri.
Keberadaan sesar aktif yang masuk dalam peta setidaknya bisa membuat warga yang tinggal di lokasi tersebut lebih waspada.
“Sampai kesiapan secara peraturan ditaati, membangun diikuti peraturan building code-nya yang benar. Jadi lebih siap saja masyarakatnya,” jelas Gayatri.
Building code yang dimaksud adalah perangkat aturan tentang desain, konstruksi dan cara pemeliharaan bangunan yang sesuai dengan karakteristik kawasannya.
Setelah tahu ada sesar aktif, lantas apa?
Sumber gambar, Garry Lotulung/Getty
Di salah-satu lokasi terdampak gempa di Cianjur, satu keluarga berada di atas tempat tidur yang disulap menjadi tempat mengungsi.
“Ya disosialisasikan untuk acuan mitigasi gempa, membuat aturan building code merujuk sesar tersebut, bahwa sesar itu bisa rilis maksimal berapa magnitudo sehingga bangunan tahan gempa mengacu magnitudo maksimal tersebut.
Termasuk edukasi cara selamat saat terjadi gempa yang bersumber dari sesar tersebut,” kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami dari BMKG, Daryono.
Selain itu, kata Daryono, keberadaan sesar aktif yang baru diketahui di Mojokerto ini akan dimasukkan sebagai pemutakhiran peta lama.
Di tingkat lokal Mojokerto hal ini ditanggapi dengan “sosialisasi edukasi ke sekolah-sekolahan. Minimal anak-anak paham tentang apa itu perencanaan bagi Anda misalnya gempa di sekolah dan sebagainya”.
“Termasuk kita sampaikan juga melalui kecamatan, agar memaksimalkan fungsi Linmas [satuan perlindungan masyarakat] dan tidak hanya berupa papan struktur dan fungsinya saja untuk membidangi tentang keselamatan,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Mojokerto, Yo’ie Afrida Soesetyo.
Hanya warga Mojosari mengatakan menanti tindaklanjut dari pemerintah setempat, karena ia mengaku tidak semua mitigasi seperti simulasi gempa merata di Mojokerto.
“Selama ini di Desa Kupang, tempat tinggal saya belum ada program Desa Tanggap Bencana itu untuk pelatihan gempa. Untuk di sekolah-sekolah, saya pernah dengar SD di Mojokerto Kota pernah ada pelatihan seperti itu, tapi itu nggak merata di seluruh Mojokerto,” katanya.
Hal terkait yang bisa juga Anda simak:
Gempa Cianjur: Seorang anak berhasil diselamatkan setelah tiga hari tertimbun reruntuhan
* Wartawan Roni Fauzan di Jawa Timur ikut berkontribusi dalam artikel ini.
[ad_2]
Source link