Jakarta (DMS) – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) memperkuat kerja sama bilateral dengan Pemerintah Swiss, terutama dalam perluasan akses ketenagakerjaan bagi pemuda, kelompok rentan termasuk penyandang disabilitas, serta pengembangan tenaga kerja di sektor energi hijau.
Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menyatakan, kerja sama ini diharapkan memberikan dampak nyata, khususnya bagi penyandang disabilitas yang selama ini menghadapi tantangan dalam mengakses dunia kerja.
“Kami ingin memastikan kerja sama ini memberikan afirmasi positif, mendorong kemandirian ekonomi, dan memperluas akses yang inklusif,” ujar Yassierli dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (12/6).
Pernyataan tersebut disampaikan dalam pertemuan bilateral antara Indonesia dan Swiss di sela-sela Konferensi Perburuhan Internasional (International Labour Conference/ILC) ke-113 yang digelar di Gedung PBB, Jenewa.
Dalam pertemuan itu, Indonesia juga mengusulkan pengembangan layanan ketenagakerjaan publik berbasis digital yang inklusif. Usulan tersebut mencakup peningkatan kapasitas petugas pengantar kerja, penguatan sistem pembayaran upah digital, serta perluasan akses keuangan untuk wirausaha muda binaan Kemnaker.
Salah satu bentuk nyata kerja sama Indonesia -Swiss adalah keberlanjutan proyek Renewable Energy Skills Development (RESD) yang telah berlangsung sejak 2020. Program ini dilaksanakan di berbagai Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPVP), seperti di Aceh, Ambon, Lombok Timur, dan Ternate.
Melalui pelatihan bidang energi surya, hidro, dan hibrida, program RESD bertujuan menyiapkan tenaga kerja terampil untuk mendukung transisi energi bersih dan pencapaian target nasional pengurangan emisi karbon. Meski demikian, program ini masih menghadapi kendala, terutama dalam penyediaan peralatan pelatihan dan pendanaan keberlanjutan. Indonesia berharap dukungan lanjutan dari Pemerintah Swiss untuk melanjutkan fase kedua program ini.
Yassierli juga menyampaikan ketertarikan terhadap sistem pemagangan Swiss yang dianggap berhasil menjembatani pendidikan vokasi dan kebutuhan industri. Sistem tersebut dinilai unggul karena tidak hanya menekankan aspek teknis, tetapi juga mengintegrasikan pendekatan budaya dan partisipasi keluarga.
Selain itu, kedua negara menjajaki kerja sama antar-lembaga vokasi di bidang teknologi dan kecerdasan buatan (AI) guna mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia menghadapi tantangan transformasi digital global.
Sebagai tindak lanjut, Indonesia dan Swiss dijadwalkan menggelar Labour Tripartite Dialogue kelima pada 21–24 Oktober 2025 di Bern, Swiss.
“Kami percaya, kerja sama bilateral ini merupakan instrumen strategis untuk mendorong ketenagakerjaan yang lebih adil, adaptif, dan inklusif, sesuai arah pembangunan Indonesia ke depan,” tutup Yassierli. DMS/AC











