Jakarta (DMS) – Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) RI, Brian Yuliarto, menegaskan komitmen Indonesia dalam memperkuat pendidikan dan pelatihan teknis serta kejuruan (TVET) pada forum ke-12 BRICS.
“Pemerintah berkomitmen meningkatkan kualitas dan daya saing SDM melalui TVET,” ujar Brian dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (7/6).
Ia menilai TVET berperan penting dalam membekali individu dengan keterampilan praktis yang siap pakai, menjembatani kesenjangan kompetensi, serta meningkatkan peluang kerja.
Sejak 2016, pemerintah telah merevitalisasi pendidikan kejuruan, dengan lebih dari 14.000 SMK aktif dan melayani 4,9 juta siswa, termasuk penyandang disabilitas. Dukungan juga diberikan lewat Program Indonesia Pintar (PIP) bagi siswa dari keluarga tidak mampu.
Di jenjang pendidikan tinggi, Kemdiktisaintek mengembangkan Program Diktisaintek Berdampak untuk mendorong politeknik sebagai pusat pendidikan terapan dan inovasi. Program ini memperluas diploma dan gelar terapan, serta memperkuat kemitraan dengan industri.
“Lulusan harus memiliki keterampilan abad ke-21. Karena itu, kami mendorong integrasi transformasi digital dan kompetensi ekonomi hijau ke dalam sistem TVET,” kata Brian.
Sebagai anggota baru BRICS, Indonesia menyatakan kesiapannya untuk aktif berkontribusi dan saling belajar dalam kerja sama pendidikan vokasi.
Dalam forum tersebut, disepakati TVET Cooperation Alliance (TCA) Charter sebagai pedoman kolaborasi. Indonesia juga resmi bergabung dalam nota kesepahaman BRICS Network University (NU), yang memungkinkan 22 universitas RI ikut serta dalam berbagai kelompok tematik.
Forum BRICS ke-12 ini menjadi momentum penting untuk berbagi praktik terbaik dan mendorong kerja sama dalam pendidikan vokasi dan pengembangan SDM unggul guna menghadapi tantangan global.DMS/AC