Gaza/Yerusalem – Situasi terkini di Gaza semakin kompleks dengan klaim Tentara Israel yang menyatakan menemukan terowongan yang digunakan oleh pejuang Hamas di Rumah Sakit Al Shifa. Pada saat yang sama, PBB mengungkapkan kekhawatiran serius terkait penghentian bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina melalui penyeberangan Rafah dengan Mesir pada Jumat.
Tentara Israel merilis video yang mereka klaim menunjukkan pintu masuk terowongan di area luar RS Al Shifa, rumah sakit terbesar di Gaza. Meskipun belum diverifikasi oleh Reuters, video tersebut menampilkan lubang yang dalam di tanah, dikelilingi oleh puing-puing beton, kayu, dan pasir. Klaim ini memperlihatkan kekhawatiran akan penyalahgunaan fasilitas medis untuk tujuan militer.
Selain itu, Tentara Israel juga mengklaim menemukan sebuah kendaraan di rumah sakit yang berisi sejumlah besar senjata. Namun, pernyataan Hamas menolak klaim ini sebagai narasi palsu yang diulang-ulang oleh pihak AS.
Pernyataan terbaru dari Amerika Serikat menegaskan keyakinan mereka terhadap penilaian badan intelijen mereka sendiri mengenai aktivitas Hamas di RS Al Shifa. Meskipun begitu, White House enggan memberikan rincian lebih lanjut.
Sementara itu, dua perusahaan telekomunikasi di Gaza melaporkan bahwa semua sumber energi untuk jaringan mereka telah habis, menyebabkan layanan di wilayah tersebut lumpuh. Israel menolak impor bahan bakar dengan alasan kekhawatiran bahwa Hamas dapat menggunakannya untuk keperluan militer.
Dampak dari situasi ini tidak hanya terbatas pada aspek militer dan keamanan. Badan PBB untuk Pengungsi Palestina, UNRWA, mengungkapkan kesulitan dalam mengkoordinasikan konvoi truk bantuan kemanusiaan karena kekurangan bahan bakar.
“Jika bahan bakar tidak masuk, orang-orang akan mulai sekarat karena kekurangan bahan bakar. Tepatnya sejak kapan, saya tidak tahu. Tapi ini akan terjadi lebih cepat,” kata Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini.
Hingga saat ini, perusahaan telekomunikasi Gaza, Paltel dan Jawwal, melaporkan bahwa jaringan internet, telepon seluler, dan telepon rumah masih tidak beroperasi. Warga sipil Palestina, khususnya yang berada di Gaza, terus menanggung beban berat dari kampanye militer Israel, dengan pembatasan energi dan layanan yang mengancam kehidupan sehari-hari mereka.
Otoritas kesehatan Gaza yang dipercaya PBB menyatakan jumlah korban tewas akibat serangan militer Israel mencapai angka yang mengkhawatirkan. Terutama, lebih dari 4.700 anak-anak dilaporkan menjadi korban dalam kampanye militer yang diambil sebagai pembalasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober. Kepala Staf Militer Israel menyatakan bahwa mereka hampir menghancurkan sistem militer Hamas di Jalur Gaza utara dan menunjukkan indikasi kemungkinan perluasan kampanye ke wilayah lain di kantong berpenduduk 2,3 juta orang itu. Israel telah memperingatkan warga untuk meninggalkan empat kota di Gaza selatan, yang sebelumnya diinformasikan sebagai wilayah aman. DMS-Ac