Jakarta (DMS) – Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Ubaidillah, menegaskan bahwa peringatan Hari Penyiaran Nasional (Harsiarnas) pada 1 April 2025 menjadi momentum strategis dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
Melalui dunia penyiaran, diharapkan hadir program-program yang informatif, edukatif, dan inspiratif bagi masyarakat.
“Saat ini, dunia penyiaran tengah menghadapi tantangan besar akibat disrupsi digital. Pergeseran iklan ke platform digital serta kompetisi konten yang semakin cepat terjadi di tengah regulasi yang belum sepenuhnya adaptif,” ujar Ubaidillah dalam keterangan resminya di Jakarta, Rabu (2/4).
Ia berharap, peringatan Harsiarnas 2025 dapat menjadi titik balik dalam membangun ekosistem bisnis dan konten penyiaran yang lebih berkeadilan serta produktif.
Sejarah dan Penetapan Harsiarnas
Hari Penyiaran Nasional ditetapkan melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 9 Tahun 2019 oleh Presiden Joko Widodo. Penetapan ini bertujuan untuk mengenang sejarah dan perkembangan dunia penyiaran di Indonesia.
Dikutip dari laman resmi KPI, tanggal 1 April dipilih sebagai Harsiarnas karena pada 1 April 1933 didirikan Solosche Radio Vereeniging (SRV), lembaga penyiaran radio pribumi pertama di Solo. SRV diprakarsai oleh KGPAA Mangkunegoro VII, yang kemudian diusulkan sebagai Bapak Penyiaran Indonesia.
Proses penetapan Harsiarnas memerlukan waktu yang panjang sebelum akhirnya ditetapkan pada 2019. Sebelumnya, deklarasi pertama Harsiarnas dilakukan pada 1 April 2010 di Surakarta, Jawa Tengah.
Deklarasi ini digagas oleh Hari Wiryawan, yang saat itu menjabat sebagai Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Tengah, serta mendapat dukungan dari berbagai elemen masyarakat, termasuk pemerintah, wakil rakyat, budayawan, akademisi, dan insan penyiaran.
Sejumlah tokoh penting turut terlibat dalam deklarasi ini, di antaranya maestro keroncong Gesang dan penyanyi Waljinah. Deklarasi tersebut mengusulkan dua hal utama: pertama, menetapkan 1 April sebagai Hari Penyiaran Nasional, dan kedua, menetapkan KGPAA Mangkunegoro VII sebagai Bapak Penyiaran Indonesia.
Harsiarnas menjadi momentum penting untuk mengapresiasi peran penyiaran dalam kehidupan sosial, budaya, dan politik di Indonesia. Melalui penyiaran yang berkualitas, masyarakat dapat memperoleh informasi, hiburan, dan edukasi yang berkontribusi pada pembangunan bangsa menuju Indonesia Emas 2045.DMS/AC