Jakarta (DMS) – Kolonoskopi menjadi salah satu metode penting dalam mendeteksi dini kanker usus besar atau kanker kolon. Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan selang endoskopi melalui anus untuk memeriksa permukaan bagian dalam usus besar.
Dokter spesialis penyakit dalam RS Siloam MRCCC Semanggi, dr Randy Adiwinata, Sp.PD, menjelaskan bahwa kolonoskopi memungkinkan dokter mengambil sampel jaringan atau biopsi dari area mencurigakan. Sampel tersebut kemudian diperiksa di laboratorium untuk mengetahui jenis kanker dan kemungkinan mutasi genetik.
“Kanker kolon merupakan kanker yang tumbuh di area usus besar. Umumnya berasal dari polip kecil yang terus tumbuh dan mengalami mutasi genetik hingga akhirnya menjadi tumor ganas,” kata dr Randy dalam keterangan tertulis, Senin (8/4).
Ia menambahkan, gejala umum kanker kolon meliputi perubahan pola dan konsistensi buang air besar (BAB), BAB berdarah, perasaan BAB tidak tuntas, anemia, penurunan berat badan tanpa sebab jelas, benjolan di perut atau anus, pembesaran perut, serta sumbatan usus.
Diagnosis dan Perbedaan Gejala
dr Randy menekankan pentingnya membedakan gejala kanker kolon dengan penyakit lain seperti wasir. Menurutnya, perdarahan akibat kanker usus besar biasanya berupa darah segar yang bercampur dengan feses dan disertai gejala sistemik seperti penurunan berat badan.
“Sementara perdarahan akibat wasir umumnya tidak nyeri, darah tidak bercampur dengan feses, tetapi menetes setelah BAB dan sering terjadi pada feses yang keras,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa seluruh kasus perdarahan pada tinja harus dievaluasi oleh dokter. “Sering kali pasien mengira itu wasir, padahal setelah diperiksa ternyata kanker usus besar stadium lanjut,” katanya.
Selain kolonoskopi, diagnosis lanjutan bisa dilakukan menggunakan CT scan, MRI, atau PET scan untuk melihat penyebaran kanker.
Skrining dan Pencegahan
Berdasarkan rekomendasi American College of Gastroenterology, kolonoskopi disarankan bagi seluruh individu berusia 45 tahun ke atas, baik yang memiliki gejala maupun tidak.
“Dengan skrining rutin, polip usus bisa terdeteksi lebih awal dan mencegah berkembangnya kanker,” ujar dr Randy. Pemeriksaan tambahan seperti tes darah samar pada feses juga bisa menjadi indikator awal, namun tetap perlu dikonfirmasi melalui kolonoskopi.
Terapi dan Penanganan
Menurut dr Randy, terapi kanker kolon saat ini telah berkembang dengan memanfaatkan pemeriksaan mutasi genetik dan biomarker untuk menentukan jenis pengobatan yang paling efektif.
“Pada stadium awal, pembedahan menjadi pilihan utama untuk mengangkat kanker secara menyeluruh. Sedangkan kemoterapi atau terapi radiasi dapat menjadi opsi tambahan tergantung stadium kanker,” jelasnya.
Dalam beberapa kasus, kemoterapi dilakukan terlebih dahulu untuk mengecilkan tumor sebelum operasi.
Penanganan pasien kanker kolon di RS Siloam MRCCC Semanggi dilakukan secara multidisiplin. Tim terdiri dari konsultan onkologi, gastroenterologi, bedah, radioterapi, radiologi, gizi klinik, hingga perawat ahli luka dan tim paliatif untuk pasien stadium lanjut.
Fasilitas yang tersedia mencakup pemeriksaan CT scan, MRI, PET scan, serta tes biomarker genetik untuk menentukan terapi target atau imunoterapi yang sesuai.DMS/AC