Berita Kota Ambon, ibukota Provinsi Maluku, merupakan “rumah” untuk berbagai peristiwa penting nan bersejarah Tanah Air, bahkan sejak zaman kolonialisme di Nusantara yang bermula di tahun 1513.Hal ini dikarenakan kekayaan rempah di Ambon yang begitu berlimpah, apalagi rempah merupakan komoditas yang sangat berharga bagi masyarakat Eropa pada saat itu.
Sekarang, zaman penjajahan sudah lama berlalu, dan Ambon telah turut berkembang mengikuti perubahan waktu. Hal ini lantas membuat kekayaan tradisi budaya dan seni Ambon jadi penuh warna, seperti musik dan tradisi kain tenunnya.
Berbicara soal kain tenun, tradisi ini masih hidup di sebuah kampung kecil bernama Desa Tawiri, yang lokasinya dekat dengan Bandara Internasional Pattimura. Anda sendiri barangkali pernah melihatnya di Berita Ambon. Disini, terdapat Kelompok Tenun Ralsasam – “ralsasam” berarti satu hati. Di dalam kelompok ini, para penenun bukan hanya menggarap motif yang sudah jadi warisan leluhur, tapi juga berkreasi menggunakan desain dan corak motif baru.
Salah satu hal yang membanggakan bagi warga Desa Tawiri adalah kemunculan kain tenun mereka di dalam gelaran Miss World 2013 silam. Bagi Anda yang sudah melihat sendiri keindahan kain tenun buatan Kelompok Tenun Ralsasam, Anda barangkali tak akan terkejut.
Saat ini, Ralsasam barangkali merupakan satu-satunya kelompok tenun di desa maupun Kota Ambon. Karena rupanya, menenun masih belum mampu jadi sumber pendapatan utama yang bisa diandalkan. Beberapa alasannya adalah tantangan soal akses material benang, proses tenun yang memakan waktu dan ketelitian ekstra, sampai harga dan distribusi penjualan.
Di Ambon sendiri, kain tenun lebih dimaknai sebagai penegas identitas kultural daripada fungsi sakral. Kain tenun sendiri banyak digunakan oleh para tokoh terkemuka dan pejabat, meskipun warga juga dapat mengenakannya untuk mempercantik penampilan lantaran nilai keindahan kain tenun Ambon yang memang memesona. Bahkan, ada beberapa motif yang hanya boleh dikenakan pemimpin adat di kampung, yang dikenal dengan nama afedlin.
Selain itu, ada juga motif yang merupakan kreasi perpaduan dari bentuk bunga anggrek dan cengkeh, yang sudah bisa dikatakan sebagai simbol yang tak terpisahkan dengan sejarah Maluku. Cengkeh sendiri merupakan salah satu alasan utama dari permulaan kolonialisme di Nusantara. Dan hingga sekarang, Maluku masih jadi produsen cengkeh nomor satu di Indonesia, yang digunakan baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun industri rokok kretek. Berita Ambon Radio DMS Ambon