Solo, Jawa Tengah (DMS) – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa tuberkulosis (TBC) adalah penyakit yang mudah diobati asalkan kasusnya ditemukan sejak dini. Dengan metode pengobatan yang semakin maju, penderita TBC dapat segera pulih dan mencegah penularan ke orang lain.
“TBC itu kalau ditemukan saat masih laten melalui x-ray, pengobatannya bisa cepat diberikan. Saat ini pengobatan TBC sudah sangat baik,” ujar Menkes Budi di sela peluncuran Skrining Mandiri TBC dan Kesehatan Jiwa yang diinisiasi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Minggu (8/12), di Solo.
Menkes menyambut baik peluncuran skrining mandiri TBC, yang dianggap penting untuk menjaga kesehatan masyarakat. Menurutnya, langkah pencegahan jauh lebih efisien dan meningkatkan kualitas hidup dibandingkan harus mengobati penyakit yang sudah parah.
“Kadang TBC tidak menimbulkan gejala. Tapi, jika ada orang di sekitar yang terkena TBC, lebih baik segera periksa ke puskesmas untuk memastikan,” tambahnya.
Berdasarkan data WHO, terdapat sekitar satu juta penderita TBC di Indonesia. Namun, hingga kini baru 500.000 kasus yang ditemukan. “Tahun lalu, jumlah temuan naik menjadi 840.000 kasus. Tahun ini, saya harap bisa mencapai 900.000, karena kalau ditemukan, pengobatan bisa segera diberikan dan pasien sembuh,” jelas Budi.
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah, Yunita Dyah Suminar, menjelaskan bahwa pihaknya meluncurkan fitur baru untuk skrining mandiri TBC dan kesehatan jiwa. Fitur ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya deteksi dini TBC.
“TBC sering kali dianggap memalukan, atau penderita merasa tidak bergejala. Dengan fitur ini, kami berharap masyarakat lebih peduli dan segera melakukan pemeriksaan,” ujar Yunita.
Melalui kolaborasi pemerintah pusat dan daerah, skrining mandiri diharapkan menjadi kunci utama dalam mempercepat deteksi kasus TBC, mengurangi stigma, dan menciptakan masyarakat yang lebih sehat. DMS/AC