Berita Internasional, Beograd – Menteri Pendidikan Serbia Branko Ruzic mengundurkan diri pada Minggu (7/5/2023) atas penembakan di sebuah sekolah dasar pekan lalu yang menewaskan delapan anak dan seorang petugas keamanan di tengah kemarahan publik atas kejadian tersebut dan penembakan massal lainnya sehari kemudian.
Negara ini mengalami syok dan berkabung atas dua penembakan: pembantaian di sekolah di Ibu Kota pada Rabu dan penembakan di luar kota pada Kamis yang menewaskan delapan orang.
Para tersangka dalam kedua kasus tersebut, masing-masing seorang anak laki-laki berusia 13 tahun dan seorang pria berusia 20 tahun kini telah ditahan.
Partai-partai oposisi, yang menyalahkan pemerintahan Perdana Menteri Ana Brnabic karena gagal mencegah kedua kasus tersebut, telah meminta para pendukungnya untuk bergabung dalam pawai anti-pemerintah pada Senin malam di Beograd. Mereka menuntut pengunduran diri Ruzic,.
“Sebagai seorang yang bertanggung jawab dan dibesarkan dengan baik, sebagai seorang profesional dalam memenuhi semua tugas publik selama ini, dan sebagai orang tua dan sebagai warga negara Serbia, saya membuat keputusan yang rasional untuk mengundurkan diri,” ujar Ruzic dalam surat pengunduran dirinya kepada Brnabic.
Setelah penembakan tersebut, pemerintah mengumumkan serangkaian tindakan pekan lalu yang bertujuan untuk mencegah kekerasan di sekolah dan mengurangi jumlah senjata yang dipegang oleh warga sipil.
Serbia memiliki budaya kepemilikan senjata api yang sudah mengakar, terutama di daerah pedesaan, namun undang-undang pengendalian senjata api di negara ini sudah cukup ketat bahkan sebelum terjadinya penembakan terakhir. Serbia dan negara-negara Balkan Barat lainnya dibanjiri dengan senjata dan persenjataan kelas militer yang berada di tangan pribadi setelah perang tahun 1990-an yang mencabik-cabik bekas negara Yugoslavia. DMS
Sumber : Reuters