Ambon, Maluku (DMS) – Kelangkaan minyak tanah (Mitan) masih menjadi persoalan utama bagi warga Kota Ambon. Sejak 2024 hingga 2025, pasokan minyak tanah di tingkat pengecer kerap tidak mencukupi kebutuhan masyarakat.
Thony Pesiwarissa, warga Desa Tawiri yang dikonfirmasi DMS Media Group, Sabtu (22/2) berharap Pertamina dan instansi terkait lebih rutin mengawasi distribusi minyak tanah, terutama menjelang bulan Ramadhan.
Ia menekankan bahwa minyak tanah tidak hanya digunakan untuk memasak, tetapi juga sangat dibutuhkan oleh para nelayan untuk melaut.
Tony berharap stok minyak tanah cukup tersedia dan harganya tetap terjangkau, agar masyarakat, khususnya ekonomi menengah ke bawah, tidak kesulitan mendapatkannya
Sementara itu, harga minyak tanah di Ambon bervariasi. Di pengecer, harga per jeriken (5 liter) berkisar antara Rp 20.000 hingga Rp 25.000, atau sekitar Rp 4.000 hingga Rp 5.000 per liter.
Abdul, salah satu pengecer di Pantai Mardika, menjelaskan bahwa ia menjual minyak tanah dengan harga Rp 25.000 per jeriken 5 liter karena mempertimbangkan biaya akomodasi dan modal yang dikeluarkan.
Diakui terkadang modal yang dikeluarkan lebih besar jika membeli dari pangkalan, sehingga dirinya harus menyesuaikan harga agar tidak merugi.
Selain itu, minyak tanah dalam kemasan botol air mineral 1,5 liter dijual dengan harga Rp 10.000. Kemasan ini biasanya dibeli oleh warga yang tinggal di rumah kontrakan dan tidak memerlukan jumlah besar.
Hasil pantauan di Desa Tawiri, Kecamatan Teluk Ambon, menunjukkan salah satu pengecer hanya menerima pasokan minyak tanah sebanyak 10 drum setiap bulan dari agen-agen yang menjadwalkan distribusi dengan rentang waktu yang tidak pasti, yakni antara 19 hingga 21 hari sekali. Hal ini menyebabkan ketersediaan minyak tanah menjadi tidak stabil.DMS