Jakarta (DMS) – Ketua Profesor dan Dekan Universitas Tsinghua, China, Zhang Ya Qin menilai tata kelola dan inovasi perlu berjalan beriringan dan seimbang dalam adopsi akal imitasi (AI) oleh perusahaan atau sektor industri.
“AI akan bekerja dengan baik apabila kita melakukannya dengan benar, karena ada risiko terutama ketika kita beralih ke AI fisik. Kita perlu mengambil pendekatan yang seimbang, dalam arti perlu ada inovasi, tetapi juga perlu ada tata kelola,” kata Zhang dalam acara Forbes Global CEO Conference di Jakarta, Rabu.
Adapun AI fisik memungkinkan sistem otonom seperti robot dan mobil tanpa pengemudi, di mana AI memiliki kemungkinan/kemampuan untuk memahami dan melakukan tindakan kompleks di dunia nyata atau fisik.
Menurut Zhang, saat ini China telah mengambil “pendekatan yang rasional” terhadap adopsi AI ke dalam berbagai aspek dan industri. Negeri Tirai Bambu telah mewajibkan identifikasi wajib untuk semua konten yang dihasilkan oleh AI.
Peraturan yang dikeluarkan bersama oleh Badan Administrasi Ruang Siber China, Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi China, Kementerian Keamanan Publik China, dan Badan Administrasi Radio dan Televisi Nasional China ini bertujuan untuk mendorong pengembangan AI yang bertanggung jawab dan melindungi kepentingan publik.
“Tiongkok adalah negara pertama yang benar-benar melakukan hal ini (penerbitan aturan terkait konten AI), mulai 1 September tahun ini. Anda diwajibkan untuk menempatkan identifikasi (konten) di sana,” ujar Zhang.
Ia menilai, regulasi dan tata kelola seperti ini penting agar publik memahami risiko dan memanfaatkan teknologi digital dengan bijak dan bertanggung jawab, sembari terus beradaptasi dengan perkembangan yang terus bergerak cepat.
“Kita semua sepakat bahwa kita membutuhkan banyak inovasi, tetapi di saat yang sama, kita harus memahami risikonya terhadap tingkat tata kelola yang tepat,” kata Zhang.
Selain tata kelola, Zhang menilai pengembangan dan adopsi AI yang cukup cepat dan masif di China juga dipengaruhi oleh upaya investasi dan efisiensi elemen penunjang teknologi tersebut, seperti listrik yang berperan penting dalam Graphic Processing Unit (GPU).
Tak hanya itu, Zhang mengatakan bahwa pada saat yang sama, Tiongkok juga bergerak sangat cepat dalam inisiatif AI Plus, yang merinci pendekatan sistematis untuk memperkuat infrastruktur pendukung AI dan mempercepat integrasi teknologi AI ke dalam berbagai bidang ekonomi dan sosial.
“AI Plus (diharapkan dapat menerapkan) AI untuk berbagai industri, mengonversi aplikasi, baik itu komputasi, robotika, AI untuk perusahaan, pendidikan, medis, dan farmasi,” ungkap Zhang.DMS/AC