Berita Ambon – Pedagang di pasar Mardika Ambon keluhkan tingginya harga minyak goreng di tingkat distributor sehingga mau tidak mau mereka (pedagang) menjual minyak kepada pengecer dengan harga bervariatif antara Rp18.000 hingga Rp.20.000 per liter berdasarkan merek.
Pedagang mengaku sepi pembeli lantaran, konsumen lebih memilih membeli minyak goreng di swalayan dengan harga Rp14.000 per liter sementara mereka masih menjual dengan harga yang lama karena takut merugi.
Salah satu pedagang yang ditemui DMS Media Group di Pasar Mardika mengaku, penjualan minyak goreng di tempatnya tidak laku, sejak pemerintah mengeluarkan kebijakan minyak goreng satu harga Rp.14.000 per liter.
Disebutkan harga minyak goreng dijual pedagang di Pasar Mardika antara Rp18.000 hingga Rp20.000 per liter.
Ia mengaku, mengetahui ada keputusan dari pemerintah untuk menurunkan harga minyak goreng namun hal itu hanya berlaku untuk swalayan dan supermarket sementara pada tingkat distributor kenyataanya masih menjual dengan harga tinggi.
Dirinya berharap ada kebijakan pemerintah untuk memberlakukan harga yang sama ditingkat distributor sehingga tidak memberatkan para pedagang.
Selain minyak kemasan botol, faktanya minyak curah dijual di Pasar Mardika hargnya juga cukup tinggi. Satu liter dibanderol Rp18.000.
Hingga berita ini diturunkan, rata-rata pedagang sembako yang berjualan di Pasar Mardika masih menjual harga minyak dengan harga lama.
Mereka akan menyeragamkan harga jual beli minyak goreng sampai datang pasokan minyak goreng subsidi dari pemerintah.
Sementara itu harga Cabai Di Pasar Tradisional Ambon diakhir pekan ini kembali Meroket Rp80.000 per Kilogram.
Kenaikan harga cabai disinyalir akibat kurangnya pasokan baik dari sentra produksi di Pulau Seram,Pulau Buru maupun dari Jawa dan Makasar.
Saat dilakukan pemantauan harga di Pasar Mardika, Sabtu (12/02) Any mengatakan, kenaikan harga cabai rawit sudah terjadi sejak beberapa minggu terakhir. Kenaikan terjadi secara bertahap.
Any menjelaskan, membeli dari distributor dengan harga Rp75.000dan menjual Rp80.000 per kilo, sementara cabai keriting Rp35.000 per kilo.
Dijelaskan sebelumnya harga cabai sempat mengalami lonjakan hingga Rp120.000 kemudian turun hingga Rp35.000, namun belakangan ini kembali naik akibat kurangnya pasokan dari sentra produksi.
Menurutnya, kenaikan harga cabai rawit memang sering terjadi saat musim hujan. Hal ini dikarenakan sifat cabai yang tidak tahan air, sehingga mudah busuk. Dia juga menyebutkan petani cabai kerap mengalami gagal panen saat musim hujan, yang berpengaruh pada minimnya pasokan ke pasar.
Disinggung soal pasokan, dia mengatakan masih lancar, hanya saja harganya tinggi. Dia pun mengaku tidak berani menyetok cabai terlalu banyak, dikarenakan mudah busuk dan harga sering berubah.DMS