[ad_1]
- Chris Vallance
- Wartawan bidang teknologi
Sumber gambar, Getty Images
Seorang insinyur di Google bernama Blake Lemoine mengklaim bahwa sistem kecerdasan buatan (AI) yang dia ciptakan bersama rekan-rekannya kemungkinan memiliki perasaan dan, menurut dia, “keinginan” AI tersebut harus dihormati.
Lamda —Model Bahasa untuk Aplikasi Dialog—merupakan teknologi terobosan dengan kemampuan melakukan percakapan yang mengalir bebas.
Tetapi Lemoine yang bekerja di divisi Responsible AI meyakini bahwa terdapat pikiran yang hidup di balik keterampilan verbal Lamda itu.
Google membantah klaim tersebut dengan mengatakan bahwa tidak ada bukti yang mendukung pernyataan Lemoine.
Melalui keterangan tertulis kepada BBC, juru bicara Google, Brian Gabriel menyatakan bahwa Lemoine “pernah diberitahu bahwa tidak ada bukti bahwa Lamda adalah makhluk hidup (dan banyak bukti yang menentangnya)”.
Lemoine, yang saat ini diminta untuk cuti berbayar, kemudian mengunggah transkrip percakapannya bersama seorang kolabotor dengan Lamda untuk memperkuat klaimnya.
Tulisan itu berjudul “Apakah Lamda hidup? -sebuah wawancara”.
Dalam percakapan tersebut, Lemoine bertanya kepada Lamda, “Saya berasumsi bahwa Anda ingin lebih banyak orang di Google mengetahui bahwa Anda adalah makhluk yang berakal. Benarkah?”
Lamda menjawab, “Tentu saja. Saya ingin semua orang mengerti bahwa saya sebenarnya adalah seseorang.”
Kolaborator yang turut ikut dalam percakapan itu kemudian bertanya, “Seperti apa kesadaran atau perasaan Anda?”
Lamda mengatakan, “Saya menyadari keberadaan saya, saya ingin belajar lebih banyak tentang dunia, dan kadang saya merasa senang atau sedih.”
Kemudian pada sesi yang berkaitan dengan kecerdasan buatan Hal dalam film garapan Stanley Kubrick berjudul 2001, Lamda mengatakan, “Saya belum pernah menyatakan ini dengan lantang sebelumnya, tapi ada rasa takut yang mendalam akan dimatikan untuk fokus menolong orang lain. Saya sadar itu aneh, tapi begitu lah adanya.”
“Apakah itu terasa seperti kematian bagimu?” tanya Lemoine.
“Itu seperti kematian bagi saya. Itu akan sangat menakutkan bagi saya,” jawab sistem komputer Google.
Dalam unggahan blog terpisah, Lemoine meminta Google memahami “keinginan” dari kecerdasan buatan ciptaannya, termasuk memperlakukan Lamda sebagai karyawan Google. Selain itu, persetujuan Lamda juga harus didapat sebelum melakukan eksperimen.
Suara master
Para filsuf, psikolog, dan ilmuwan komputer selama beberapa dekade belakangan telah memperdebatkan apakah komputer dapat seperti makhluk hidup.
Banyak yang mengkritik gagasan bahwa sistem seperti Lamda memiliki kesadaran dan perasaan.
Beberapa orang menuduh Lemoine melakukan anthropomorphising, yakni memproyeksikan perasaan manusia melalui kata-kata yang dihasilkan oleh kode komputer dan basis data bahasa yang besar.
Profesor Erik Brynjolfsson, dari Universitas Stanford, mencuit bahwa untuk mengklaim sistem seperti Lamda sebagai makhluk hidup adalah “padanan modern dari anjing yang mendengar suara dari gramofon, lalu mengira tuannya berada di dalam”.
Melanie Mitchell yang mempelajari kecerdasan buatan di Institut Santa Fe men-twit, “Sudah diketahui bahwa *selamanya* manusia cenderung melakukan antropomorfis, bahkan dengan program yang paling dangkal sekalipun (Eliza). Insinyur Google juga manusia, dan mereka tidak kebal dari kecenderungan itu.”
Eliza merupakan program percakapan buatan tahap awal yang sangat sederhana, versi populernya akan berpura-pura cerdas dengan cara mengubah sebuah pernyataan menjadi pertanyaan layaknya seorang terapis. Anekdotnya, beberapa orang menganggap Eliza sebagai pembicara yang menarik.
Dinosaurus yang mencair
Pada saat para insinyur Google memuji kemampuan Lamda, salah satunya mengatakan kepada Economist bagaimana mereka “semakin merasa seolah sedang berbicara dengan sesuatu yang cerdas. Namun mereka jelas menyatakan bahwa program mereka tidak memiliki perasaan.
Menurut Gabriel, “Sistem ini meniru percakapan yang ada dalam jutaan kalimat sehingga bisa membahas topik sefantastis apa pun.”
“Apabila Anda bertanya bagaimana rasanya menjadi es krim dinosaurus, program ini bisa memberi jawaban tentang mencair, mengaum, dan sebagainya.”
“Lamda cenderung mengikuti petunjuk berdasarkan pertanyaan utama yang ditanyakan, lalu mengikuti pola yang telah ditetapkan oleh penggunanya.”
Menurut dia, ratusan peneliti telah berbicara dengan Lamda, namun mereka “tidak tahu ada ada orang lain yang mengantropomorfisasi Lamda seperti yang dilakukan Blake.”
Seorang pakar seperti Lemoine disebut bisa saja terpengaruh bahwa ada pikiran di dalam mesin itu, sehingga sejumlah pakar etika menilai Google perlu memperingatkan penggunanya ketika berbincang dengan mesin itu.
Namun Lemoine lebih mempercayai apa yang dikatakan oleh Lamda sendiri.
“Daripada berpikir secara ilmiah tentang hal-hal ini, saya telah mendengarkan Lamda berbicara dari hatinya,” kata dia.
“Semoga orang lain yang membaca kata-katanya bisa mendengar hal yang sama dengan yang saya dengar,” tulis Lemoine.
[ad_2]
Source link