Kabupaten Paser, Kaltim (DMS) – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengklarifikasi alasan tingginya harga beras di Indonesia yang dinilai lebih mahal dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Menurut Jokowi, salah satu faktor utama yang memengaruhi harga tersebut adalah skema penghitungan “free on board” (FOB) dalam impor beras.
FOB adalah metode penentuan harga di mana biaya pengiriman belum termasuk, sehingga negara pengimpor seperti Indonesia harus menanggung biaya pengiriman tambahan. Hal ini diungkapkan Jokowi saat meninjau Gudang Bulog di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, pada Kamis.
“Kalau mau membandingkan harga beras, harus dilihat dari harga FOB yang berkisar antara 530 hingga 600 dolar AS per ton, ditambah biaya pengiriman laut atau ‘cost freight’ sekitar 40 dolar AS. Kalau dihitung, ini bisa terlihat jelas perbedaan harganya,” kata Jokowi.
Presiden menambahkan bahwa harga beras impor dengan skema FOB tersebut sudah cukup tinggi, yaitu berkisar antara Rp8 juta hingga Rp9 juta per ton. Ditambah dengan biaya pengiriman sebesar 40 dolar AS atau sekitar Rp600 ribu per ton, harga totalnya bisa mencapai Rp8,6 juta hingga Rp9,6 juta per ton atau sekitar Rp8.600 hingga Rp9.600 per kilogram.
Selain membahas harga beras, Presiden Jokowi juga menyinggung soal pendapatan petani yang dinilai rendah oleh Bank Dunia. Jokowi menjelaskan bahwa harga jual petani sangat dipengaruhi oleh harga gabah kering panen. Saat ini, Badan Pangan Nasional (Bapanas) telah menetapkan harga gabah kering panen di tingkat petani sebesar Rp6.000 per kilogram, naik dari sebelumnya yang hanya Rp4.200 per kilogram. Kebijakan ini diharapkan dapat menguntungkan petani sekaligus menjaga harga beras di tingkat konsumen tetap stabil.
“Periksa harga gabah di petani. Dulu hanya Rp4.200 per kilogram, sekarang sudah Rp6.000. Itu baru gabah, belum beras. Dari sini, kita bisa melihat bagaimana Nilai Tukar Petani (NTP) di lapangan,” ujar Jokowi.
Dengan penjelasan tersebut, Presiden Jokowi berharap masyarakat dapat memahami faktor-faktor yang memengaruhi harga beras di Indonesia, baik dari sisi impor maupun harga di tingkat petani. DMS/AC