Jakarta (DMS) – Menteri Keuangan RI Purbaya Yudhi Sadewa menilai, rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengenakan tarif 100 persen terhadap barang-barang asal China justru berpotensi menguntungkan Indonesia.
Keuntungan ini bisa didapat melalui perluasan akses ekspor barang Indonesia ke pasar AS.
“Kalau kita lihat kan, kalau China dikenakan tarif 100 persen kan barang kita jadi lebih bersaing di Amerika, untuk itu kita untung. Biar saja mereka berantem, kita untung,” kata Purbaya di Jakarta, Senin.
Dia menambahkan, ketegangan perdagangan antara AS dan China kemungkinan bakal memunculkan sentimen campuran di pasar keuangan Indonesia. Meski demikian, dampak jangka panjangnya diperkirakan positif terhadap kinerja ekspor nasional.
“Ke IHSG harusnya positif. Kenapa? Mungkin ada sentimen negatif di pasar ya, gara-gara pasar sana jatuh,” ujarnya.
Adapun Trump sebelumnya berjanji akan mengenakan tarif baru sebesar 100 persen terhadap barang-barang dari China dan membatasi ekspor “perangkat lunak penting” sebagai respons atas kebijakan pembatasan ekspor mineral tanah jarang (rare earth) oleh Beijing.
Tarif tersebut ditargetkan mulai berlaku pada 1 November 2025 atau lebih cepat, tergantung langkah lanjutan dari pihak China.
Sementara itu, Beijing pada Kamis (9/10) mengumumkan pembatasan ekspor unsur tanah jarang yang memperluas kontrol atas teknologi pemrosesan dan manufaktur. Kebijakan tersebut juga melarang kerja sama dengan perusahaan asing tanpa izin pemerintah terlebih dulu.
Kementerian Perdagangan China menyatakan langkah itu dilakukan untuk menjaga keamanan dan kepentingan nasional, termasuk kontrol ekspor pada teknologi penambangan, peleburan, pemisahan, produksi material magnetik, serta daur ulang sumber daya sekunder.
Dengan adanya tarif tinggi bagi produk China, barang-barang ekspor dari Indonesia diperkirakan dapat bersaing lebih kuat di pasar AS. Komoditas seperti tekstil, alas kaki, hingga produk elektronik berpotensi mendapat celah pasar yang lebih besar.DMS/AC