Berita Buru, Namlea – Menyambut malam hari raya Idul Adha 1445 hijriah, Raja Leisela Abdul Azis Hentihu dan Pemangku Adat Lilialy Anwar Bessy bersama pemerintah desa Jikumerasa membuka acara malam matawana hewan qurban yang ditandai dengan pemukulan tifa.
Pantauan Reporter DMS Media Group Sofyan Muhammadia, Acara ini dipusatkan di Mesjid Jami An’Nur, mesjid tertua yang berada di Desa Petuanan Lilialy, Jikumerasa, Kabupaten Buru yang dilaksanakan pada malam sebelum perayaan Idul Adha 1445 Hijriah di 17/06/2024.
Dihadir ratusan masyarakat, cara ini juga menampilkan berbagai tarian khas tradisional, seperti Tarian Sawat Buru, Tarian Titipak dan Tarian Lulo oleh warga setempat.
Tak hanya tarian tradisional yang ditampilkan para pemuda juga menampilkan kisah cerita dari keteladanan Nabi Ibrahim dan anaknya Nabi Ismail saat menjalankan perintah Allah untuk menyembelih anaknya Ismail. Kisah ini merupakan inspirasi agar umat Islam bisa memahami pentingnya pengorbanan.
Anwar Bessy salah satu pemangku tokoh adat petuanan lilialy, saat memberikan penjelasan berharap budaya Islam yang dilaksanakan pada malam ini dapat dijalankan setiap tahun oleh generasi muda yang ada di desa Jikumerasa. sebelumnya kegiatan budaya ini menurutnya telah lama ditinggalkan, tahun ini dan seterusnya ia berharap agar budaya ini bisa dilestarikan kembali.
Dikesempatan yang sama Raja negeri Leisela Abdul Azis Hentihu menyatakan Budaya Islam yang dilaksanakan pada momentum Idul Adha ini sangat penting untuk dilestarikan bersama di setiap petuanan baik dari petuanan Leisela, Tagalisa maupun Petuanan Kayeli.
Menurutnya kegiatan budaya Islam ini telah hadir sejak dulu kala, jika datangnya hari raya idul adha maka masyarakat dibeberapa petuanan mulai melaksanakan tradisi ini dengan cara malam matawana hewan qurban.
Sementara itu Kepala Desa Jikumerasa Hawa Turaha mengatakan pelaksaan kegiatan malam matawan diadakan jelang pelaksaan Idul Adha, selanjutnya warga secara bersama-sama melakukan pengantaran hewan Qurban, dengan cara berjalan kaki mengelilingi kampung, setelah itu mengelilingi masjid sebanyak tiga kali dengan membawa hewan qurban seperti kambing untuk dilakukan pemotongan.
Tak hanya kambing yang di qurbankan, terdapat juga 4 ekor ayam yang ikut diqurbankan oleh 4 marga, masing-masing 4 marga diantaranya marga Bessy, Hatlesy, Turaha dan Tinggapy.Tradisi ini merupakan keyakinan turun menurun dari generasi ke generasi ada jika terdapat masyarakat yang mencoba meninggalkan tradisi ini maka akan dikenakan denda.DMS