Berita Ambon – Pelaksanaan Sidang Jemaat GPM Wayame ke-44, Klasis Pulau Ambon Utara yang digelar pada Minggu (05/02) berlangsung di Gedug Gereja Pniel, berbeda dengan persidangan-persidangan yang setiap tahunya digelar di Jemaat itu selama ini.
Panitia Persidangan yang diketuai Levi Kariuw sengaja mendisplay kearifan lokal kedalam ruang persidangan, dalam bentuk pengolahan sagu, sebagai sumber pangan utama orang Maluku yang saat ini mulai dilupakan bahkan hampir ditinggalkan.
Landscape kehidupan kearifan lokal berupa proses pengolahan sagu lengkap dengan asesoris. Ada gelondongan sagu, alat menghancurkan isi sagu atau orang Maluku menyebutnya Nani, Goti dari pelepah pohon sagu, sebagai wadah penampung pati sagu, termasuk Tumang dan Tapalang Gaba-Gaba . Semuanya ditampilkan untuk mengembalikan ingatan umat, khususnya warga jemaat GPM Wayame, bahwa sagu adalah makanan pokok utama orang Maluku.
Ketua Panitia Penyelanggara Persidangan Levi Kariuw, mengakui saat ini orang di Maluku cenderung beralih mengkonsumsi beras ketimbang pangan lokal seperti sagu dan umbi-umbian.
Menurutnya pangan lokal nonberas merupakan salah satu solusi menghadapi ancaman pangan global dan sekaligus juga selama menghadapi masa pandemi VOVID-19.
Dikatakan ditengah menghadapi situasi pandemic, melalui panggung persidangan Jemaat ke 44 Wayame, Panitia turut mengkampanyekan konsumsi pangan lokal untuk pemenuhan kebutuhan gizi, juga memberikan kesempatan kepada peserta persidangan dan umat untuk lebih mengenal sagu sebagai sumber karbohidrat sekaligus memperkenalkan potensi pangan lokal yang ada di Maluku sebagai warisan turun temurun di Maluku.
Dikatakan melalui ajakan untuk mengkonsumsi keanekaragaman pangan ini dari sisi ekonomi, diharapkan dapat menjadi strategi untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang baru dalam upaya menciptakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berbasis pangan lokal.
Selain itu dapat mengurangi ketergantungan masyarakat kepada beras yang selama ini menjadi kebutuhan pokok.
Sidang ke 44 jemaat GMPM Pniel Wayame tahun 2022 dibuka MPH Klasis Pulau Ambon Utara Penatua Agus Kastanya mengusung tema “Beritakanlah Tahun Rahmat Tuhan Telah Datang dan Kerjakanlah Keselamatanmu dengan Sub Tema Membangun Gereja Yang Memiliki Daya Juang Demi Kualitas Hidup Bersama Di Tengah Pergumulan Pandemi Covid-19 dan Transformasi Digital.
Dalam sambutanya Agus Kastanya mengatakan, sidang jemaat bukan sekedar melaksanakan sebuah ketentuan organisasi semata, tetapi cara gereja, mengaktualisasikan misi Allah yang dipercayakan kepada gereja, secara konkrit dalam menjalankan program-program pelayanan tahunan.
Disebutkan persidangan jemaat adalah momentum penting guna penataan pelayanan ke depan, sehingga Kastanya mengingatkan, agar persidangan jemaat tidak dipakai sebagai sarana untuk adu argumentasi atau saling menuding mana yang benar, namun persidangan jemaat adalah kesempatan guna menelorkan berbagai program kebijakan salah satunya program pembinaan dasar umat yang berbasis pada keluarga.
Sidang ke 44 Jemaat Pniel Wayame yang diawali Ibadah Minggu dipimpin Pdt J Takdare itu berlangsung dengan menerapkan prokes ketat. Jemaat dan peserta persidangan wajib menjelani pemeriksaan suhu dan mencuci tangan sebelum mengikuti ibadah minggu yang dibatasi sesuai aturan PPKM yakni 50 persen dari kapasitas daya tampung gedung gereja.
Menarikanya lagi persidangan kali ini menggunakan metode digitalisasi dimana semua materi persidangan didistribusikan Panitia melalui kanal group persidangan tidak lagi dalam bentuk dokumen kertas.
Persidangan yang berlangsung sehari ini diikuti perutusan 12 sektor pelayanan, wadah-wadah pelayanan dan unsur Majelis Pekerja Klasis yang seluruhnya telah memperoleh vaksinasi.DMS