Berita Ambon – TDMRC Universitas Syiah Kuala bersama Pemerintah Kota Ambon bekerja sama dengan Universitas Pattimura menyelenggarakan Focus Group Discussion dengan Tema ” Integrasi Tsunami Historis ke dalam Kebijakan Kesiapsiagaan dan Penataan Ruang Kota Ambon”.
Kegiatan digelar, Selasa (30/08) melibatkan Instansi teknis lingkup Pemkot Ambon serta berbagai stakeholder di Kota Ambon.
Kegiatan FGD ini merupakan bagian dari Riset Kerjasama yang dilakukan selama lima tahun (2022-2026) melalui pendanaan Penelitian Unggulan Universitas (PUU), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Syiah Kuala serta bagian dari Project Riset SATREPS yang melibatkan beberapa institusi dari Indonesia dan Jepang.
Tim TDMRC Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Prof. Dr. Syamsidik menjelaskan kegiatan FGD sebagai media edukasi dan informasi bagi peningkatan kesiapsiagaan ketika tsunami dan juga mengintegrasikan upaya mitigasi dalam RT/RW Kota Ambon.
Syamsidik mengatakan sejarah mencatat sebagian masyarakat sering gagal mengambil pelajaran dari sebuah peristiwa sejarah sebelumnya yang terjadi di wilayahnya maupun wilayah lain di sekitar.
Fakta bahwa tsunami relatif jarang terjadi, lebih lanjut berkontribusi pada menurunnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan di masyarakat.
Olehnya itu tujuan FGD adalah untuk mendiskusikan data tsunami historis di Kota Ambon dan upaya warga/pemerintah dalam meningkatkan kesiapsiagaan terhadap tsunami.
Diskusi ini juga bertujuan menjadi media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang tepat bagi peningkatan kesiapsiagaan warga terhadap bencana tsunami di Kota Ambon
Pj Walikota Ambon Bodewin Wattimena, dalam sambutan dibacakan Staf Ahli Walikota Bidang Pemerintahn dan Pelayan Publik ,Piter Saimima memberi apresiasi tinggi kepada tim TDMRC Universitas Syiah Kuala untuk segala waktu dan pikirannya dalam membangun kualitas penanggulangan bencana di Kota Ambon.
Pemkot Ambon katanya, mendukung penuh upaya yang dikerjakan dan berharap semua informasi ini dapat menjadi dokumen yang bukan saja dimiliki aparatur pemerintah tetapi juga menjadi bagian dari konsep membangun budaya sadar bencana bersama semua masyarakat di Kota ini.
Para narasumber yang dihadirkan dalam FGD tersebut antara lain Dr. Ferad Puturuhu dari Universitas Pattimura. Prof. Dr. Syamsidik Dr. Rina Suryani Oktari
Diketahui penggunaan data historis tsunami di suatu kawasan masih terbatas pada narasi sejarah. Integrasi pada upaya peningkatan kesiapsiagaan dan penataan ruang minim terlihat pada kasus Kota Ambon.
Setidaknya Kota Ambon, telah dilanda sekurang-kurangnya 6 kali tsunami dari berbagai sumber yang tersebar di sekitar Laut Banda, Laut Seram dan Laut Maluku.
Gempa bumi dahsyat juga pernah mengguncang Ambon dan pulau-pulau sekitarnya pada 17 Februari 1674. Gempa tersebut diikuti oleh tsunami besar dengan ketinggian run-up sekitar 100 m yang hanya diamati di pantai utara Pulau Ambon, sementara daerah lain hanya mengalami tsunami kecil.
Gempa bumi dan tsunami ini menyebabkan lebih dari 2300 korban jiwa, sebagian besar di bagian utara pantai Ambon (Pranantyo & Cummins, 2020).
Tsunami yang terakhir terjadi di Kota Ambon adalah Tsunami 1950 yang peristiwanya sampai sekarang diingat oleh masyarakat sebagai Peristiwa Air Turun Naik.
Bencana yang serupa dengan tsunami Samudra Hindia 2004 atau tsunami Ambon 1674 dan Ambon 1950 dapat dimitigasi di masa depan dengan upaya kesiapsiagaan dan system peringatan yang lebih baik.
Para pengambil kebijakan dapat memberdayakan masyarakat untuk mengatasi bahaya tsunami dan bahaya pesisir lainnya dengan merancang dan mengimplementasikan program mitigasi bencana di tingkat lokal.
Catatan tersebut masih perlu dioptimalisasi dalam upaya menjadikan kebijakan penataan ruang dan wilayah di Kota Ambon lebih baik dalam menghadapi tsunami di masa yang akan datang.
Riset ini bertujuan untuk mengintegrasikan catatan sejarah tsunami lampau di Kota Ambon ke dalam bahan IEC (Information, Education and Commnication/KIE) dan integrasi pada peninjauan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) kota. Untuk itu, tim periset dari Universitas Pattimura, Universitas Syiah Kuala, BPBD Kota Ambon dan BAPPEDA dan Litbang Kota Ambon.DMS