[ad_1]
Tessa Wong, Youmi Kim, Jiwon Park – BBC News, Seoul
Panggilan darurat pertama tentang peristiwa di Itaewon masuk pada saat malam masih belum terlalu larut pada Sabtu, 29 Oktober.
“Saat ini keadaannya sangat mengerikan,” kata seorang perempuan di sambungan telepon ini, saat menjelaskan kekacauan yang terjadi di jalan-jalan sempit distrik kehidupan malam Seoul itu.
Total ada 11 panggilan darurat yang masuk ke 112, nomor kedaruratan milik kepolisian Korea Selatan.
Semuanya meminta kepada polisi untuk mengendalikan kerumunan sebelum insiden fatal itu terjadi.
Seiring dengan semakin kuatnya tuntutan pertanggungjawaban, polisi Korsel meluncurkan investigasi.
Petugas pada Rabu melakukan pemeriksaan di Kantor Polisi Metro Seoul, juga di sejumlah kantor polisi, kantor pemadam kebakaran, dan kantor-kantor panggilan darurat, untuk mencari tahu apakah para petugas yang menerima panggilan darurat tersebut melakukan kewajibannya dan mengambil langkah pengamanan selanjutnya.
Polisi juga melakukan langkah tak biasa dengan merilis transkrip dari panggilan-panggilan darurat itu.
Dari peringatan yang penuh dengan kecemasan dan kekhawatiran hingga teriakan ketakutan, transkip panggilan-panggilan ini menggambarkan bagaimana situasi berekskalasi dengan cepat.
Kerumunan semakin ramai
Dalam panggilan darurat pertama pada 18.34 waktu setempat – beberapa jam sebelum insiden desak-desakan terjadi – seorang penjaga toko bernama Park menggambarkan orang-orang turun dari stasiun kereta bawah tanah Itaewon.
Mereka berjalan keluar ke sebuah lorong sempit di dekat hotel dan pusat perbelanjaan Hamilton, berbaur dengan orang-orang yang hendak meninggalkan area tersebut, dan orang-orang lain yang mengantre untuk masuk ke berbagai kelab di sana.
“Tidak ada yang mengatur kerumunan ini sekarang. Polisi harus datang dan mengontrol ini. Anda harus mengatur supaya orang-orang bisa keluar dulu, baru mempersilakan orang-orang masuk. Sekarang orang-orang terus berdatangan sementara yang lain tidak bisa keluar,” ujarnya.
Dalam wawancara dengan stasiun radio lokal CBS pada Rabu, Park berkata dia melakukan panggilan darurat itu setelah dia berjalan-jalan dengan anak perempuan dan suaminya, lalu terpisah dengan mereka karena kerumunan begitu padat.
Mereka akhirnya bisa berkumpul kembali dan memutuskan cepat-cepat pulang.
Dia menjelaskan ketakutannya terperangkap di dalam kerumunan yang menurutnya jauh lebih besar dari yang kerap dilihatnya di area tersebut pada akhir pekan.
Park juga menyesali tragedi ini terjadi, padahal dia sudah memberikan peringatan kepada polisi.
“Di dalam taksi saat pulang, saya berpikir situasi ini akan berbeda kalau saya menunggu di sana sampai polisi datang, membentuk [pagar manusia] dengan yang lain dan memberitahu anak-anak muda memahami bahwa situasinya berbahaya. Saya menyesalinya,” ujar Park.
“Polisi mungkin bisa mengatur dengan lebih keras, dengan menutup jalan-jalan atau mengatur kereta bawah tanah, jika mereka tahu kalau akan ada banyak orang yang datang. Tetapi tidak ada polisi [di sana] yang bisa membuat keputusan itu, atau melakukan aksi apapun.”
Park juga berkata, setelah melakukan panggilan darurat itu dia juga tidak menerima konfirmasi melalui pesan pendek dari polisi, yang menginfokan tindakan cepat mereka.
Ini hal yang tak biasa bagi polisi Korea Selatan, yang selalu membanggakan tindakan lanjutan mereka yang cepat dan penuh perhatian.
Menurut catatan polisi yang didapatkan oleh kantor berita Yonhap, polisi menugaskan sejumlah personel setelah panggilan telepon itu, tetapi tidak diketahui berapa yang dikirim dan tindakan apa yang mereka lakukan.
Jatuh dan tersandung
Beberapa panggilan darurat selanjutnya masuk sekitar dua jam setelah panggilan pertama, dari pukul 20.09 dan seterusnya.
Pada saat itu, jelas sudah situasi sudah semakin parah. Para penelepon mendeskripsikan mereka melihat orang-orang jatuh tersungkur setelah terdorong massa, dan beberapa terluka.
“Orang-orang berjatuhan dan situasi di luar kendali karena jalan tertutup di persimpangan,” kata penelepon ketiga.
Pada pukul 20.53, penelepon keempat menggambarkan situasi menakutkan yang terjadi di dekat kelab malam Bronze.
“Saya seperti terdesak… banyak orang terdesak… ini sangat kacau,” kata penelepon itu dengan sambungan yang terputus-putus. Berkali-kali terdengar orang-orang memohon kepada petugas, “tolong kami”.
Petugas penerima panggilan darurat meyakinkan penelepon mereka akan mengirim polisi ke lokasi. Namun catatan kepolisian menunjukkan ini tidak dilakukan.
Nyatanya, dari 11 telepon darurat yang masuk kepada polisi, mereka hanya mengirim petugas untuk empat di antaranya.
Mereka tidak lagi menugaskan personel untuk panggilan-panggilan yang masuk dari pukul 21.07 ke atas – satu jam sebelum insiden desak-desakan terjadi.
Otoritas berkata mereka memiliki 137 personel polisi di Itaewon malam itu. Tetapi mereka jelas kalah jumlah dari ribuan orang yang memadati area tersebut.
Dalam satu video viral yang beredar di media sosial, seorang petugas polisi sendirian terlihat di antara kerumunan besar orang, dengan putus asa berteriak dan mencoba menjauhkan orang-orang dari lokasi.
Jam puncak kejadian
Pada Sabtu malam, panggilan-panggilan darurat terus masuk, semakin lama semakin singkat – dan semakin darurat.
“Saya rasa akan terjadi kecelakaan sungguhan sebentar lagi. Semuanya tampak gila,” kata penelepon keenam.
Telepon kedelapan masuk pada 21.10 dari lokasi di depan restoran Manam-e Kwanjang, sekitar 100 meter dari Hotel Hamilton, menunjukkan seberapa besar kerumunan pada malam itu.
Setelah itu, tidak ada panggilan darurat selama 40 menit. Kemudian serbuan panggilan-panggilan terakhir masuk dengan cepat dan banyak, sebagian besar dari titik lokasi – lorong di sebelah Hamilton.
Penelepon kesepuluh tampaknya meracau dengan panik.
“Ya, bagaimanapun, di sini, oh tidak, datang dari lorong, saya takut, orang-orang saling dorong dan saya akan terdesak, tolong kirim orang untuk mengendalikan, ya,” begitu ucapnya.
Dalam panggilan terakhir pada 22.11 – salah satu panggilan terpendek – penelepon terdengar seperti terdesak.
Begitu polisi mengangkat teleponnya, dia buru-buru berkata: “Orang-orang bisa terdesak-desak di sini.”
Petugas bertanya berulang kali di mana lokasi tepatnya, namun tidak mendapatkan jawaban jelas.
Lalu percakapan ini terjadi:
Petugas: Saya akan melacak lokasi Anda. Ya. Apakah Anda berada di dekat Stasiun Yongsan, Stasiun Itaewon?
Penelepon: Ahhh (berteriak), ahhh (berteriak). Jalan di belakang Itaewon.
Petugas: Baik. Petugas akan datang ke sana.
Sambungan terputus tiba-tiba.
Empat menit kemudian, insiden desak-desakan yang mematikan itu terjadi.
[ad_2]
Source link