Magelang – Sebuah bencana tanah longsor yang terjadi di Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah pada Jumat (1/12) menyisakan duka mendalam dengan satu korban jiwa, seorang warga yang menjadi korbannya. Kejadian ini juga menimbulkan satu luka berat dan satu luka ringan, mengingatkan kita akan rentannya wilayah tersebut terhadap bencana alam.
Berdasarkan laporan kronologi yang dihimpun Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, tanah longsor tersebut terjadi setelah hujan deras dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah Kecamatan Ngablak. Dua pekerja toko tanaman hias menjadi korban ketika mereka tertimpa material longsoran setinggi 12 meter saat berada di gazebo.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang, Edi Wasono, dalam keterangan tertulisnya yang disiarkan di Jakarta, Sabtu, membenarkan kejadian tersebut. Tim dari BPBD Kabupaten Magelang bekerja sama dengan unsur TNI, Polri, dan warga sekitar, bergerak cepat untuk mengevakuasi korban dan melakukan assesmen di lokasi kejadian.
“Tim BPBD bersama TNI dan Polri, dibantu warga sekitar, langsung bergerak cepat mengevakuasi dan melakukan asesmen setelah ada laporan kejadian tersebut,” ungkap Edi.
Korban meninggal dunia telah dibawa ke Puskesmas terdekat, kemudian diserahkan kepada keluarganya yang tinggal di Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Sementara korban luka berat dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Salatiga.
Peristiwa tanah longsor juga tercatat di Dusun Miriombo Kulon, Desa Giripurno, Kecamatan Borobudur, pada hari yang sama. Meskipun tidak menimbulkan korban jiwa, longsor tersebut menutup akses jalan dan mengakibatkan ketidaknyamanan bagi warga setempat.
Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) – Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani Semarang, telah merilis peringatan dini cuaca berbasis hujan lebat di hampir seluruh wilayah Jawa Tengah hingga hari ini. Status ‘Waspada’ hujan lebat menjadi perhatian utama, karena dapat menjadi pemicu terjadinya bencana hidrometeorologi basah.
Melalui hasil prakiraan cuaca, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau pemangku kebijakan di daerah untuk melakukan upaya mitigasi. Upaya ini mencakup pemantauan kondisi sungai, pembersihan sampah dan material lain yang dapat menyumbat aliran air, serta monitoring kondisi tanggul, jalan, dan jembatan. Selain itu, pemantauan debit air saat hujan secara berkala menjadi langkah krusial.
BNPB juga memberikan himbauan kepada masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran sungai agar melakukan evakuasi mandiri sementara jika hujan terus-menerus dengan intensitas tinggi selama lebih dari satu jam. Masyarakat diharapkan selalu memperhatikan kondisi debit sungai dan menghindari lereng curam yang minim vegetasi, sebagai langkah pencegahan yang krusial dalam menghadapi ancaman bencana alam. DMS-Ac