Jakarta – Koki selebritas, Ragil Imam Wibowo, meramalkan bahwa beberapa makanan akan menjadi tren di Indonesia dalam setahun mendatang, dipicu oleh minat generasi muda dalam mengolah hidangan Indonesia hingga menu klasik Melayu kopitiam.
“Mereka akan mulai banyak mengolah makanan Indonesia, dan yang agak umum, banyak anak muda yang akan mengubah konsep kopitiam, nasi campur, dan mie, menghadirkan sentuhan klasik,” ungkap Ragil saat ditemui di Jakarta pada Jumat (26/1).
Selain perkembangan kuliner Indonesia, Ragil juga memperkirakan tren kuliner yang terinspirasi oleh budaya Asia dan Amerika akan banyak bermunculan tahun ini.
Ragil menyatakan bahwa minat eksplorasi kuliner dari generasi muda menciptakan tren makanan yang unik di Indonesia, yang tidak dapat dibandingkan dengan negara lain. Anak muda atau generasi milenial mampu menghadirkan kreativitas tinggi dalam mengolah tren makanan Indonesia dan mengembangkan kreasi yang lebih unik.
Bagi mereka yang tertarik membuka restoran, Ragil menyarankan untuk mengetahui tren yang sedang ramai diperbincangkan di kalangan juru masak agar dapat mengembangkan makanan yang diminati oleh pasar.
Di sisi lain, Meilati Batubara, Ketua Tim Pusaka Rasa Nusantara, mengungkapkan bahwa di luar negeri, tren makanan yang sedang digandrungi masyarakat setempat adalah makanan yang lebih sehat atau organik.
“Jika kita melihat ke luar negeri, tren yang berkembang adalah kesehatan, jadi mereka mencari makanan yang lebih sehat, organik, slow food yang berarti bukan olahan cepat,” kata Meilati.
Meskipun tren makanan sehat seperti ini tengah naik daun di luar negeri, Meilati menekankan bahwa cara memasak sehat dan menggunakan bahan organik sebenarnya sudah menjadi tradisi turun temurun di Indonesia. Dengan mengikuti tren global, seakan-akan kita kembali kepada masa ketika makanan disajikan dengan cara yang lebih baik dan sehat.
Menurut Meilati, pada zaman dahulu, makanan Indonesia dimasak dengan menggunakan minyak kelapa dan menggunakan bahan-bahan alami seperti tengkawang sebagai pengganti mentega.
“Saatsaatnya kita kembali ke masa lalu yang baik, bahwa tren dunia di Indonesia sudah ada sejak dahulu,” ujar Meilati. DMS/Ac