Berita SBB,Kamarian – Salah satu ritual adat yang tidak dapat dilepas pisahakan dari baileo ialah upacara penutupan atap baileo, yang hingga kini masih dilaksanakan oleh negeri-negeri adat di Maluku dan Pulau Seram khususnya.
Seperti yang berlangsung di negeri Kamarian, salah satu negeri adat tertua di Pulau Seram, letaknya di Kecamatan Kairatu Timur, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), pada Selasa (11/10) kemarin.
Tutup Baileo di negeri Kamarian dilakukan melibatkan Pela Gandong dari Negeri Sepa. Antara negeri Kamarian dan negeri Sepa memiliki ikatan sejarah yang tidak terpisahkan sampai saat ini.
Kamarian sendiri mayoritas penduduknya beragama Kristen sedangkan negeri Sepa mayoritas beragama Muslim.
Rangkaian tutup Baileo Kamarian diawali penyemputan saudara Pela Gandong negeri Sepa di depan gapura masuk negeri sebutan Amalohi itu.
Tutup Baileo berlangsung pada Selasa (11/10) pukul 08.00 WIT, diawali dengan pengantaran atap oleh warga dari Soa Sopesina, Soa Lohituni, Soa Amarisa, Soa Hukuratal. Kemudian Soa Totirima, Soa Wael, Soa Resirima dan Soa Siheu ke Baileo.
Sebelum atap Baileo dibongkar, diganti dengan atap yang baru terlebih dahulu dilakukan doa bersama oleh Ketua Majelis Jemaat GPM Kamarian, dilanjutkan dengan Pasawari oleh tetua adat setempat.
Raja Negeri Kamarian Yance Tuhehay menyebutkan rumah adat Baileo Kamarian bagian dari peningalan leluhur dan moyang Amalohi-Silalow yang merupakan kakak-adik saudara kandung dari negeri Kamarian dan Sepa.
Baileo yang dalam bahasa daerah disebut Lakewa itu terakhir ditutup pada 2016 lalu.
Prosesi pembongkaran atap Baileo didahului oleh marga Tomatala, Tuaputimain, Pariama, Putirulan dan diikuti oleh warga kedua negeri.
Sesuai tradisi, prosesi tutup atap sebanyak sembilan bangkawang, satu persatu dilakukan diserahkan oleh tetua adat kepada Raja Kamarian, Raja Negeri Sepa, Pimpinan Gereja, tokoh adat dan tokoh negei serta tokoh pendidikan, selanjutnya diserahkan ke sembilan marga untuk dipasang sesuai letak dan tempatnya.
Proses pemasangan atap Baileo diriingi tipa gong untuk memberi semangat kepada anak-anak soa yang secara bergantian memasang atap itu.
Wakil Ketua Saniri Negeri Sepa Ruslan Kunio menyatakan tradisi tutup Baileo Negeri Amalohi Kamarian merupakan momentum semakin mempererat hubungan kedua negeri saudara sekandung ini walaupun berbeda dalam keyakinan agama.
Momentum ini juga sebagai catatan sejarah bagi generasi kedua negeri dan tidak akan hilang termakan waktu.
Hal yang sama juga dikemukakan Hamjat Wenno Kaur Pemerintahan Negeri Sepa. Prosesi upacara tutup baileo akan membangun motivasi yang kuat bagi generasi kedua negeri bersaudara sebagai bentuk ketaatan terhadap apa yang telah diwariskan oleh leluhur.
Prosesi penutupan rumah adat ini, menjadi momen tersendiri bagi anak negeri asal Kamarian yang tinggal di luar daerah maupun di luar negeri.
Salah satunya dari keluarga Tureay yang jauh-jauh datang dari Belanda untuk menyaksikan prosesi adat tersebut. Moment ini didokumentasikan berupa foto maupun vidioe.
Diketahui Kamarian, merupakan salah satu negeri yang hingga kini masih melaksanakan upacara adat penutupan atap baileo. Upacara tutup baileo memiliki nilai kesakralan yang begitu tinggi serta menampakan berbagai nilai-nilai kelokalan yang menjadi identitas diri anak negeri.
Bagi masyararakat adat negeri Kamarian ada sejumlah sayarat-syarat khusus yang mesti dipenuhi sebelum upacara ini dilaksanakan dan tahapannya mesti dilewati melalui suatu musyawarah oleh upu latu (bapa raja) dengan saniri negeri.
Proses musyawarah untuk menentukan kapan proses upacara penutupan atap baileo biasanya didasarkan pada kondisi atap baileo yang telah bocor atau rusak.
Dalam pemahaman masyarakat Kamarian, Baileo tidak hanya sebagai suatu bangunan adat semata, tetapi diyakini sebagai salah satu yang dianggap sakral karena ditempati oleh leluhur mereka.DMS