[ad_1]
- Vikas Pandey dan Andrew Clarance
- BBC News, Delhi
Pratham yang berusia lima tahun dan adik laki yang baru berusia 10 bulan kehilangan ayah mereka karena Covid pada April lalu.
Tak lama kemudian, di rumah sakit yang berbeda di Delhi, ibunya juga meninggal.
Dunia berubah drastis tetapi mereka sendiri masih belum paham apa yang terjadi. Mereka tak mengerti mengapa orang tua mereka tak pulang-pulang.
Sanak saudara mengatakan kepada Pratham bahwa ibu dan ayahnya pergi kerja. Namun Pratham terus bertanya dan semakin sulit sulit untuk menjelaskan.
Saudara mereka memutuskan untuk mengontak lembaga swadaya masyarakat yang berkantor di Delhi yang mengurus anak-anak yatim piatu. LSM itu mengatakan mereka berharap ada yang mau mengadopsi Pratham dan adiknya.
Sonia, 12, dan adik lakinya, Amit, 7 tahun, kehilangan ayah mereka dalam gelombang pertama pandemi pada Juni tahun lalu dan ibu mereka menyusul April lalu. Nenek mereka menjaga mereka saat ini. Sang nenek khawatir atas masa depan mereka, namun tak mau mendaftarkan mereka untuk diadopsi.
“Siapa yang akan menjaga anak-anak ini selain saya?” katanya. “Anak-anak ini adalah peninggalan putra saya dan menantu saya. Banyak orang datang untuk menanyakan adopsi. Saya tak akan menyerahkan mereka.”
Cerita seperti ini cukup banyak. Covid menyebabkan banyak anak menjadi yatim piatu.
Smirti Irani, menteri urusan perempuan dan anak, baru-baru ini dalam cuitan menulis bahwa kedua orang tua dari setidaknya 577 anak meninggal antara 1 April dan 25 Mei.
Para pakar memperkirakan jumlahnya jauh lebih tinggi.
Pada akhir pekan lalu, Perdana Menteri Narendra Modi juga mengumumkan langkah untuk membantu anak-anak yatim piatu dengan dana sekitar US$13.970 (Rp198 juta) untuk setiap anak sebagai pembayaran rutin dari usia 18-23.
India memiliki undang-undang adopsi yang ketat. Setiap negara bagian memiliki komisi perlindungan dan kesejahteraan anak.
Sejumlah LSM juga membantu komisi-komisi itu mendata anak-anak yang berisiko.
Secara nasional, ada portal yang dibuka untuk adopsi. Proses adopsi anak dilakukan setelah semua kondisi calon diperiksa dan komisi kesejahteraan anak menetapkan anak yang bersangkutan “secara legal dapat diadopsi.”
Namun tingkat adopsi di India cukup rendah, hanya 3.351 anak yang diadopsi selama satu tahun sampai Maret 2020, sementara masih ada puluhan ribu lain yang yatim piatu.
Sebagai perbandingan, di Amerika Serikat pada 2019, lebih dari 66.000 anak diadopsi.
Jumlah anak yang kehilangan kedua orang tua meningkat dramatis setelah gelombang kedua di India, kata Anurag Kundu, ketua komisi perlindungan anak.
“Dalam hidup saya, saya tak pernah menyasikan begitu banyak orang meninggal dalam periode waktu singkat. Mereka meninggalkan begitu banyak anak yang berusia di bawah 18 tahun. Ini adalah masa darurat,” kata Kundu.
Di negara bagian paling padat, Uttar Pradesh, lebih dari 1.000 anak menjadi yatim karena Covid, kata Dr Preeti Verma, anggota komisi kesejahteraan anak.
Verma mengatakan secara nasional jumlah anak yatim piatu karena Covid kemungkinan lebih tinggi. Komisi telah meminta bantuan polisi, petugas kesehatan di desa serta para lurah untuk mendata anak-anak yatim, katanya.
Menurut Kundu, dalam jangka pendek yang diperlukan adalah perawatan anak-anak ini karena adopsi memerlukan waktu lama.
“Tak mungkin dilakukan adopsi setiap anak,” katanya.
Dengan program pengasuhan, anak-anak yatim piatu akan dijaga oleh keluarga dan teman keluarga mereka dan mereka tak perlu menunggu orang untuk diadopsi.
Para pakar mengatakan dengan program seperti itu, diharapkan akan lebih banyak keluarga yang mau mendaftar untuk merawat anak-anak yatim untuk sementara waktu.
Kekhawatiran perdagangan anak
Banyak orang di India yang menggunakan media sosial untuk mencari pertolongan terkait tempat tidur di rumah sakit, obat dan oksigen. Dan banyak juga yang mengunggah seruan untuk mengadopsi anak yatim piatu.
Namun banyaknya foto dan nomor telepon yang diberikan untuk adopsi anak-anak dikhawatirkan akan meningkatkan perdagangan anak.
Kundu memperingatkan media sosial menjadi tempat orang mencari anak untuk adopsi.
Tim Kundu pernah melihat laman Facebook yang menawarkan anak-anak untuk adopsi, katanya.
“Salah seorang staf saya menelpon nomor di laman Facebook dan mereka memberikan harga US$7,000 (Rp100 juta) per anak. Kami telah melaporkan grup itu ke polisi.”
Banyak juga pihak yang khawatir, anak-anak dieksploitasi untuk digunakan sebagai buruh atau bahkan pekerja seks.
Sonal Kapoor, CEO LSM Protsahan di Delhi mengatakan organisasinya mencatat adanya anak yang salah seorang orang tua meninggal, biasanya sang bapak, dan ibunya meminta anaknya bekerja.
Anak-anak dalam kondisi seperti itu juga perlu diperhatikan, katanya.
Dalam satu kasus, tambahnya, sang bapak mulai menggerayangi putrinya karena ibunya terbaring lemah karena Covid.
“Anak-anak yatim piatu karena Covid merupakan masalah besar saat ini, namun gambaran sesungguhnya lebih parah. Jumlah anak yang hanya kehilangan satu orang tua juga perlu perhatian,” kata Kapoor.
Kapoor mengatakan LSM Protsahan menerima banyak telepon selama pandemi. Satu telpon datang dari dua anak kecil yang ayahnya meninggal di rumah sakit dan mereka perlu bantuan untuk kremasi karena ibu mereka juga sakit.
Kasus lain, seorang ibu meninggal dan sang ayah sangat trauma dan tak memberi makan anaknya dalam tiga hari.
“Kami dapat telpon dari saudara mereka yang meminta tolong agar anak-anak itu diberi makan,” katanya.
Pemerintah negara bagian mulai menyusun program untuk merawat anak-anak yatim piatu karena Covid, tetapi para pakar mengatakan banyak yang harus dilakukan. Risikonya adalah banyak anak yang akan tumbuh tanpa keluarga.
Sejumlah nama diganti untuk alasan keselamatan.
[ad_2]
Source link