Jakarta (DMS) – Sejumlah gunung berapi mengalami erupsi maupun peningkatan status aktivitas vulkaniknya dalam waktu bersamaan.
Pada Kamis (7/11/2024), lima gunung api meletus pada hari yang sama, yakni Gunung Lewotobi Laki-laki, Gunung Semeru, Marapi, Ibu, dan Dukono. Hingga kini, erupsi gunung-gunung itu masih terus terjadi.
Di sisi lain, data dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) per Selasa (12/11/2024) menunjukkan, Gunung Lewotobi Laki-laki berstatus Level IV Awas.
Sementara tujuh gunung berstatus Level III Siaga yakni Gunung Awu, Ibu, Iya, Karangetang, Lokon, Marapi, dan Merapi. Ada pula 16 gunung lain yang berstatus Level II Waspada.
Lalu, apa penyebab banyak gunung mengalami erupsi dan mengalami kenaikan status aktivitas vulkanik pada waktu bersamaan?
Gunung api mengalami erupsi bersamaan
Ahli vulkanologi Institut Teknologi Bandung (ITB) Mirzam Abdurrachman mengungkapkan, gunung api memang dapat mengalami erupsi pada waktu bersamaan.
“Kalau gunung api meletus itu, ada event organizer-nya. Ada penyelenggaranya yang sama,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Senin (11/11/2024) malam.
Menurut Mirzam, ada beberapa faktor yang menyebabkan beberapa gunung berapi dapat meletus pada waktu bersamaan.
- Bujur yang sama
Mizam mengungkapkan, dua gunung yang terletak pada tatanan tektonik atau busur api yang sama berpotensi mengalami erupsi bersamaan.
“Kalau dua gunung tadi meletus bersamaan, itu karena event-nya sama, tektonik yang mengontrolnya sama,” terang dia.
Mizam mencontohkan, Gunung Merapi di Jawa Tengah-DI Yogyakarta bisa mengalami erupsi bersama Gunung Semeru di Jawa Timur karena kedua gunung berada di Busur Sunda.
Gunung Lewotobi Laki-laki dan Gunung Iya di Nusa Tenggara Tumur bisa sama-sama mengalami erupsi karena berada di Busur Banda.
Sementara Gunung Ibu dan Gunung Dukono di Maluku Utara yang berada di Busur Halmahera pun bisa meletus dalam waktu sama.
- Waktu letusan sama
Mirzam melanjutkan, dua gunung yang berada di wilayah dan busur berbeda tetap dapat meletus dalam waktu sama tanpa harus terletak di satu lempeng tektonik.
“Kalau dua gunung dalam tatanan busur berbeda meletus bersamaan, maka kemungkinannya karena waktu periode datang letusan erupsi sama,” ujarnya.
Mirzam menuturkan, setiap gunung memiliki interval waktu letusan yang berbeda. Gunung-gunung itu suatu saat akan meletus bersamaan karena berada pada interval waktu letusan yang sama.
Sebagai contoh, ada gunung yang meletus setiap lima tahun sekali atau 10 tahun sekali. Kedua gunung berpotensi sama-sama meletus pada tahun ke-10 dan 20. Sebab, ada irisan waktu yang sama di antara interval letusan kedua gunung.
- Faktor eksternal dari hujan
Mirzam menambahkan, letak busur dan waktu interval letusan termasuk faktor internal yang memengaruhi letusan gunung. Selain itu, ada faktor eksternal yang memengaruhi gunung dapat mengalami erupsi pada waktu yang sama.
“Faktor eksternal berupa cuaca ekstrem, curah hujan tingg, perubahan tekanan dan kecepatan angin akan mengusik gunung api yang dalam kondisi kritikal (hampir meletus),” lanjut dia.
Menurutnya, air hujan yang masuk ke celah-celah batuan di puncak gunung api yang hampir meletus akan berubah menjadi uap yang dapat menambah tekanannya. Ketika tekanan gunung api tidak stabil, maka gunung itu dapat meletus.
Air hujan juga akan menambah beban di kerucut puncak gunung api. Kalau terjadi beban berlebihan, batuan di puncak akan longsor sehingga kawah gunung terbuka dan terjadi erupsi.
Selain itu, keberadaan air di puncak gunung api terutama pada musim hujan seperti sekarang dapat mengurangi daya tahan batuan di puncak gunung api. Kondisi ini menyebabkan batuan di puncak gunung api terkena tekanan magma di bawahnya dan timbul erupsi.
“Kalau sudah musim hujan ini bahaya kolateralnya. Abu vulkanik dari letusan gunung itu menumpuk bercampur sama air, maka lahar hujan lahar dingin siap mengintai,” tambah Mirzam.DMS/TC