Jakarta – Film “Ali Topan”, sebuah kolaborasi antara Visinema Pictures, Legacy Pictures, dan Kebon Studio, akan menghiasi layar bioskop mulai tanggal 14 Februari 2024, yang bertepatan dengan Hari Valentine.
Disutradarai oleh Sidharta Tata, “Ali Topan” menawarkan sebuah cerita romansa yang menggugah, menjadi pilihan ideal untuk ditonton di hari yang penuh kasih sayang ini.
“Saya ingin ‘Ali Topan’ membawa penonton pada perjalanan romantis yang penuh petualangan antara dua sosok muda. Film ini dirancang untuk memberikan hiburan yang hangat, tetapi juga menyentuh, dengan konflik yang dekat dengan realitas kehidupan anak muda dewasa ini,” ungkap Sidharta Tata dalam konferensi pers di Jakarta pada hari Selasa.
Sidharta menjelaskan bahwa film ini diadaptasi dari novel yang populer pada era 1970-an, “Ali Topan”, karya Teguh Esha. Ceritanya mengisahkan tentang Ali Topan (diperankan oleh Jefri Nichol), seorang pemuda dari keluarga yang berantakan.
Ali Topan biasa menghabiskan waktunya di jalanan Blok M dan Warung Seni bersama gengnya, yang terdiri dari Dudung (Reza Hilman), Bobby (Omara Esteghlal), dan Gevaert (Bebeto Leutualy), di bawah bimbingan Opung Brotpang (Ari Sihasale).
Namun, hidup Ali berubah ketika ia bertemu dengan Anna Karenina (diperankan oleh Lutesha), anak dari keluarga kaya raya di bidang properti. Meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda, cinta antara Ali dan Anna berkembang dengan cepat, meskipun dihadapkan pada penentangan dari orang tua Anna.
Keduanya memutuskan untuk memulai petualangan bersama, menjelajahi kota-kota dengan sepeda motor, menghadapi berbagai rintangan yang menguji hubungan mereka.
“Di tengah drama romantisnya, ‘Ali Topan’ juga menawarkan keseruan dari petualangan road trip-nya. Penonton akan disuguhkan dengan kisah cinta yang penuh tekanan, diiringi oleh musik underground, untuk menghidupkan karakter Ali Topan dan latar belakangnya,” tambah Sidharta.
Ia menyebut bahwa Ali Topan dan Anna Karenina adalah simbol dari pemberontakan yang bertanggung jawab. Meskipun memiliki keistimewaan, keduanya tidak segan untuk mengekspresikan isu-isu sosial dan berjuang demi kebenaran.
“Kedua karakter ini, meskipun berani membangkang, tetap bertanggung jawab. Mereka memiliki alasan dan tujuan yang lebih besar daripada sekadar kenyamanan pribadi,” tegas Sidharta. DMS/AC