[ad_1]
Bencana kelaparan sedang melanda Tigray, kawasan di bagian utara Ethiopia, Afrika, sebut kepala bidang kemanusiaan PBB, Mark Lowcock.
“Bencana kelaparan tengah berlangsung. Kondisi ini bakal bertambah parah,” kata Lowcock setelah perilisan analisis mengenai situasi di kawasan Tigray.
Analisis itu menemukan bahwa sebanyak 350.000 orang hidup dalam “krisis parah” di Tigray serta dua wilayah tetangga, yakni Amhara dan Afar.
Tigray dalam kondisi porak-poranda akibat pertempuran antara pasukan pemerintah dan kubu pemberontak yang menyebabkan 1,7 juta orang tercerai-berai.
Menurut analisis tersebut, situasi pangan di kawasan itu telah mencapai taraf “bencana” lantaran kelaparan dan kematian telah melanda sekelompok orang yang tersebar di kawasan luas.
Adapun analisis Pengategorian Fase Gabungan (IPC) itu tidak disokong pemerintah Ethiopia.
Pemerintah justru berkeras akses kemanusiaan tengah diperluas selagi upaya penertiban keamanan berlangsung.
Badan Pangan Dunia (WFP), Organisasi Pangan dan Agrikultur (FAO), serta lembaga penanganan anak-anak (UNICEF) telah menyerukan aksi darurat untuk mengatasi krisis tersebut.
‘Kematian mengetuk pintu kami’
Kepada BBC pekan ini, masyarakat di Qafta Humera—distrik yang terisolasi di bagian barat Tigray—mengaku mereka berada di ambang kelaparan.
“Kami tidak punya apapun untuk dimakan,” kata seorang pria melalui sambungan telepon.
Menurutnya, hasil panen dan ternak mereka telah dijarah selama pertempuran yang telah berjalan selama tujuh bulan.
Oleh kelompok milisi yang memerangi pasukan pemerintah, mereka juga dicegah mencari bantuan.
“Kami makan sisa-sisa panen yang kami sembunyikan, namun kini kami tidak punya apa-apa lagi,” ujar seorang petani berusia 40-an tahun.
“Tiada seorang pun yang memberi kami bantuan. Hampir semua warga di sini sebentar lagi meninggal- mata kami terdampak kelaparan, situasinya berbahaya. Kematian sedang mengetuk pintu kami. Anda bisa menyaksikan kelaparan pada setiap wajah kami.”
Para warga mengatakan telah melihat beberapa kendaraan bantuan melintas, namun tidak seorang pun yang bertanya tentang kondisi mereka.
Pada 1984, wilayah Tigray dan provinsi tetangga, Wollo, menjadi pusat bencana kelaparan akibat gabungan kekeringan dan perang yang mengakibatkan antara 600.000 hingga satu juta orang meninggal dunia.
‘Dampak konflik meluas’
Analisis Pengategorian Fase Gabungan merupakan ukuran keparahan dari kekurangan pangan, yang dibuat beberapa organisasi termasuk lembaga-lembaga naungan PBB dan sejumlah badan non-pemerintah.
“Analisis IPC terkini yang dilakukan di Tigray dan wilayah tetangga, Amhara dan Afar, menyimpulkan bahwa lebih dari 350.000 orang berada dalam kondisi Bencana (IPC Fase 5) antara Mei dan Juni 2021,” sebut laporan itu.
“Krisis parah ini disebabkan meluasnya dampak konflik, termasuk tercerai-berainya populasi, larangan perpindahan, keterbatasan akses kemanusiaan, raibnya panen dan aset penghidupan, serta disfungsi atau ketiadaan pasar,” tambah analisis tersebut.
Lebih jauh, sebanyak 5,5 juta orang menghadapi ketidakamanan pangan akut di wilayah itu pada Mei. Situasi ini diduga bakal bertambah parah sampai September.
Akan tetapi, laporan itu tidak secara gamblang menyebut ‘bencana kelaparan’, yang memiliki definisi sangat spesifik.
Mengapa terjadi peperangan di Tigray?
Pemerintah Ethiopia melancarkan serangan pada November lalu guna memberangus partai berkuasa di Tigray, yaitu Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF).
Partai itu berseteru dengan Perdana Menteri Abiy Ahmed terkait perubahan politik yang berdampak pada sistem federal berdasar kelompok etnis. Pemerintah lantas melakukan penyerbuan setelah TPLF merebut pangkalan militer di Tigray.
Abiy, yang pernah memenangi Penghargaan Nobel untuk Perdamaian, mendeklarasikan bahwa konflik sudah tuntas pada akhir November. Nyatanya pertempuran berlanjut, ribuan orang tewas, puluhan ribu lainnya meminta suaka di negara tetangga, Sud
Semua pihak dituduh melakoni sejumlah pelanggaran hak asasi manusia.
Kapan bencana kelaparan bisa dinyatakan?
Kekurangan pangan bisa menyebabkan sebagian besar orang kekurangan gizi, namun kondisi itu jarang berujung pada bencana kelaparan, menurut kriteria bidang kemanusiaan PBB.
Kekeringan jangka panjang dan masalah lain yang membuat pasokan makanan berkurang tidak serta-merta berujung pada bencana kelaparan.
Bencana kelaparan hanya bisa ditetapkan ketika terdapat sekian kematian penduduk, kekurangan gizi, ditambah kelaparan. Ukuran pastinya:
- setidaknya 20% dari seluruh keluarga di area itu menghadapi kekurangan pangan ekstrem namun kemampuan untuk mengatasinya terbatas.
- rata-rata malnutrisi akut melampaui 30%
- tingkat kematian melebihi dua orang per hari per 10.000 orang
Deklarasi bencana kelaparan tidak menyebabkan PBB atau negara-negara anggota PBB memiliki kewajiban mengikat, namun PBB bertugas mengarahkan fokus dunia untuk menangani masalah tersebut.
[ad_2]
Source link