Jakarta (DMS) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mulai melakukan modifikasi cuaca guna mencegah banjir ekstrem pada Rabu (5/3). Jawa Barat menjadi wilayah prioritas dalam upaya ini mengingat daerah tersebut paling rentan terdampak banjir.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengungkapkan bahwa modifikasi cuaca difokuskan di wilayah pegunungan Jawa Barat. Sebab, awan yang terbentuk di kawasan tersebut dapat menjadi sumber banjir yang mengalir hingga ke wilayah hilir, termasuk DKI Jakarta.
“Prioritasnya di Jawa Barat, terutama di daerah pegunungan. Awan yang terbentuk di sana dapat menjadi sumber banjir di wilayah hilir, tidak hanya di Jawa Barat tetapi juga bisa mengalir ke utara, termasuk DKI Jakarta,” ujar Dwikorita di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (4/3
BMKG memperkirakan hujan lebat akan terus terjadi hingga 11 Maret. Oleh karena itu, modifikasi cuaca dilakukan untuk mengurangi intensitas hujan yang turun di daerah rawan.
“Kami memprediksi sampai tanggal 11 Maret masih perlu kewaspadaan tinggi. Intensitas hujan mungkin sedikit menurun, tetapi akan meningkat lagi mendekati tanggal tersebut,” jelas Dwikorita.
Ia menjelaskan bahwa modifikasi cuaca dilakukan dengan cara menurunkan hujan sebelum awan mencapai area rawan banjir. Upaya ini bertujuan untuk mengurangi dampak curah hujan berlebih di wilayah daratan.
“Konsepnya adalah menjatuhkan hujan sebelum mencapai daerah rawan, misalnya di laut atau waduk. Jika hujan turun di darat, justru bisa menyebabkan banjir di lokasi lain,” ujarnya.
Dwikorita menambahkan, hujan deras yang terjadi di Jakarta dan Jawa Barat baru-baru ini disebabkan oleh kumpulan awan lebat yang berpotensi hujan. Awan-awan tersebut bahkan menutupi wilayah Jakarta, Jawa Barat, hingga Lampung.
“Kami berupaya agar awan tidak terus tumbuh dan menumpuk. Sebisa mungkin hujan diturunkan lebih awal di laut atau waduk. Mohon doa agar upaya ini berhasil. Rencananya, modifikasi cuaca akan dilakukan hingga 8 Maret,” pungkasnya. DMS/CC