Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan sebanyak empat provinsi untuk siaga menghadapi potensi banjir yang dipicu oleh curah hujan berintensitas sedang hingga deras periode 11 – 20 Juni 2024.
Berdasarkan data Bidang Klimatologi BMKG yang diterima di Jakarta, Jumat, 14 Juni 2024, dan dilansir Antara, keempat provinsi itu adalah Sumatera Selatan, Maluku, Papua Tengah dan Papua Barat Daya.
Tim ahli klimatologi BMKG mengklasifikasikan potensi banjir di Sumatera Selatan dalam kategori rendah. Namun berdasarkan hasil analisa dasarian II yang berlangsung hingga 20 Juni, hujan akan merata mencakup seluruh 17 kabupaten atau kota sehingga tetap diperingatkan untuk siaga.
Di Sumatera Selatan, potensi banjir diprakirakan BMKG akan melanda Kabupaten Banyuasin, Empat Lawang, Lahat, Muara Enim, Musi Banyuasin, Musi Rawas, Musi Rawas Utara, Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ulu Selatan, Ogan Komering Ulu Timur, Penukal Abab Lematang Ilir, hingga kota Pagar Alam, Lubuk Linggau, dan Palembang.
Untuk Provinsi Maluku, Papua Tengah dan Papua Barat Daya, pada periode yang sama, diklasifikasikan BMKG dalam kategori daerah yang potensi banjir tinggi.
Potensi banjir tinggi di Provinsi Maluku diprakirakan melanda Kota Ambon (Kecamatan Baguala, Leitimur Selatan, Nusaniwe, Sirimau, Telukambon), Kabupaten Maluku Tengah (Kecamatan Amahai, Leihitu, Leihitu Barat, Pulauharuku, Seram Utara), Kabupaten Seram Bagian Barat (Kecamatan Amalatu, Huamual, Inamosol, Kairatu, dan Kairatu Barat).
Sedangkan di Provinsi Papua Barat Daya, ancaman potensi banjir diperkirakan melanda Kabupaten Maybrat (Kecamatan Mare), Kabupaten Sorong (Kecamatan Makbon, Sayosa), dan Sorong Selatan (Kecamatan Sawiat).
Untuk Papua Tengah, potensi banjir tinggi akan terjadi di Kabupaten Mimika (Kecamatan Amar, Iwaka, Kuala Kencana, Kwamki, Narama, Mimika Barat dan sekitarnya), Kabupaten Deiyai (Kecamatan Bowobado, Kapiraya, Tigi Barat), dan Memberamo Raya (Kecamatan Memberamo Hulu dan Rufaer).
Sebelumnya, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan, potensi dampak bencana akibat hujan di sejumlah wilayah Indonesia yang masih tinggi bisa saja terjadi meskipun sebenarnya sudah mulai memasuki musim kemarau.
Menurut Guswanto, potensi peningkatan hujan dipicu oleh adanya beberapa dinamika atmosfer yang masih aktif berada di wilayah Indonesia, yakni fenomena Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang ekuatorial Rossby Kelvin, hingga pola sirkulasi siklonik dan potensi pembentukan daerah belokan dan perlambatan angin.
Kombinasi pengaruh fenomena-fenomena tersebut yang diprakirakan tim meteorologi BMKG dapat menimbulkan potensi hujan berintensitas sedang-lebat yang disertai petir dan angin kencang. Situasi itulah yang bisa menimbulkan dampak cuaca ekstrem kebencanaan hidro-meteorologi yang meliputi banjir, banjir bandang, banjir lahar hujan, tanah longsor dan seterusnya, meskipun di saat yang bersamaan Indonesia mulai masuk musim kemarau kering pada Juni – September 2024 ini.DMS/AC